Sekitar dua minggu lagi
akan ada pemilihan kepala desa di Pilanggede Balen
Bojonegoro yang tak lain adalah tempat kelahiranku. Yup… tepat hari kamis tanggal 30 Januari 2014 pesta demokrasi kecil-kecilan itu insya
allah akan dilaksanakan.
Pemilihan Kepala Desa (Kades) atau kadang juga disebut Lurah, adalah
hal yang sudah menjadi “tradisi” di negara demokrasi seperti Indonesia. Sama
seperti Pemilihan Presiden, CaLeg, Bupati, atau Gubernur, masyarakatlah yang
menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin mereka. Namun tentunya ada
calon-calon pemimpin yang mencalonkan diri ataupun dicalonkan oleh para botoh
(orang-orang yang membiayai calon pemimpin tersebut. Masyarakat diberikan
pilihan calon pemimpin yang kebanyakan tidak mereka kenal, serta niat dari
calon pemimpin tersebut. Yang masyarakat tahu seringnya visi dan misi dari para
calon. Itupun seringnya sedikit orang yang tahu dan juga mau tahu.
Dalam Pemilihan Kepala
Desapun seperti itu. Masyarakat dihadapkan pada pilihan calon-calon yang
nantinya akan memimpin mereka. Saat sang calon tersebut jarang bersosialisasi
dengan masyarakat desa, maka sedikit orang yang akan memilihnya. Namun bukan
hal yang aneh jika para Calon Kepala Desa tersebut menjadikan masyarakat
sebagai GolPUT. GolPUT yang saya bahas bukanlah Golongan Putih
atau tidak memilih siapapun calon yang ada. Namun GolPUT disini adalah Golongan
Penerima Uang Tunai. Ya, politik uang bukanlah hal yang tabu dalam Pemilihan
Kepala Desa. Dan masyarakat juga lebih menikmati Pemilihan Kepala Desa,
daripada Pemilihan Bupati, Gubernur, atau Presiden.
Hal ini karena masyarakat bisa mendapatkan penghasilan dari hak suara
mereka. Dan hal ini jarang dirasakan oleh mereka saat Pemilihan Pemimpin
daerah, maupun pemimpin negara. Kebanyakan masyarakat memilih Pemimpin Daerah
ataupun pemimpin negara karena mereka fanatik terhadap partai politik tertentu.
Ya walaupun tidak semuanya fanatik. Namun seringnya masyarakat tidak dapat
menikmati dana sang calon pemimpin, karena Tim Sukses pastinya tidak ingin jika
pekerjaannya hanya sekedar kerja bakti tanpa bayaran. Sehingga dana yang
diterima masyarakat biasanya sangat sedikit, atau bahkan tidak menerima dana
sepeserpun. Hal ini berbeda dengan Pemilihan Kepala Desa. Masyarakat bisa
mendapatkan uang untuk hak suara mereka, mulai dari 25.000 rupiah, hingga ratusan
ribu rupiah.
Tetapi sampai detik ini
setahu saya baru satu calon yang mendaftar dan itupun adalah kepala desa
sekarang ini yaitu Bapak Yaskun, dari analisis yang saya lakukan sepertinya
memang Bapak Yaskun lah satu-satunya calon yang akan maju di pesta demokrasi
desa Pilanggede tahun 2014 ini. Entah
tidak ada yang berani menandingi, atau memang penduduk Pilanggede sudah begitu puas dengan
kinerja beliau atau bisa juga kemungkinan mereka tidak memiliki biaya (bekal)
yang cukup untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Begitu banyak opini dari
dalam fikiran saya. Yah…sebagaimana kita ketahui bahwa pemilihan kepala desa
merupakan pesta demokrasi kecil-kecilan yang tak
luput dari usaha suap-menyuap dari para “jago” untuk memenangkan pilihan. Dan bisa
dipastikan jika ada coblosan seperti ini mereka yang berduit-lah yang akan
menang.
Tapi siapapun nantinya
yang terpilih menjadi Kepala Desa, saya
berhara semoga bisa mengemban amanah yang telah diberikan oleh masyarakat
dengan baik, bertanggung jawab sehingga bisa membawa Desa Pilanggede ini
menjadi Qoryatun Thoyyyibatun wa robbun ghofur. Aamiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar