a.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.[1] Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya yang
berjudul Theories of Learning
yang dikutip oleh Abu Ahmadi,
memberikan definisi belajar sebagai berikut:
“Learning
is the process by which an activity originates or is changed through training
procedures (whether is the laboratory or in the natural environment) as distinguished
for changes by factors not atribute to
training”[2]
Pada definisi di atas dijelaskan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah
laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh
obat dan sebagainya).
Al-Ghazali menjelaskan bahwa belajar merupakan proses terjadinya eksplorasi
pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses
ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui. Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat dan penyesuaian
diri. Seseorang yang belajar tidak hanya sekedar menambah pengetahuannya, akan
tetapi dapat pula menerapkannya secara fungsional dalam kehidupan.[3]
Gagne juga menjelaskan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah
ia mengalami situasi seperti sebelumnya.[4] Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,
proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.[5] Belajar juga merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas lagi dari itu,
yakni mengalami.[6]
Ada beberapa definisi lain tentang belajar menurut
para pakar pendidikan, antara lain sebagai berikut:[7]
Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a
change in behavior as result of experience.
(Belajar dapat diartikan
sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman)
Harold Spears memberikan batasan: Learning is to
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction.
(Belajar adalah serangkaian kegiatan misalnya dengan
mengamati, memebaca, meniru, mendengarkan dan mengikuti petunjuk)
Geoch mengatakan: Learning is a change in performance
as a result of practice.
(Belajar merupakan perubahan penampilan yang terjadi
sebagai akibat dari praktek)
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja
memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun
pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Belajar
menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit,
yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep atau kaidah yang siap untuk
diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.[8]
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Untuk melengkapi pengertian mengenai
makna belajar, perlu kiranya dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
belajar. Dalam hal ini ada beberapa prinsip yang penting untuk diketahui,
antara lain:[9]
1)
Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi
manusiawi dan kelakuannya.
2)
Belajar memerlukan proses dan penahapan serta
kematangan diri para siswa
3)
Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila
didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar
kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar
dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.
4)
Dalam banyak hal, belajar merupakan proses
percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau
pembiasaan.
5)
Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan
dalam rangka menentukan isi pelajaran.
6)
Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu:
(a)
diajar secara langsung;
(b)
kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung
(seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain-lain);
(c)
pengenalan dan peniruan.
7)
Belajar melalui praktik atau mengalami secara
langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, ketrampilan, cara berpikir
kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
b.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata
dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar.[10]
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[11]
Proses pembelajaran merupakan kegiatan fundamental dalam proses pendidikan yang
mana terjadinya proses belajar yang tidak terlepas dari proses mengajar.
Sedangkan menurut Kimble &
Garmezy yang dikutip oleh H. Douglas Brown menjelaskan bahwa “Learning is
relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of
reinforced practice”[12]
Senada dengan pengertian yang diangkat oleh Kimble
& Garmezy, Iskandar dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku
melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil
dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan.[13] berpendapat
bahwa:
Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses
mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta
memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga
tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha
sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.
Ibnu Khaldun, seorang tokoh
sosiolog islam, menyatakan bahwa pembelajaran secara umum dibagi menjadi tiga
tahapan, diantaranya:[14]
1.
Sabil
Al- Ijtimal (Penyajian
Global), yaitu keterangan-keterangan diberikan secara global berupa hal-hal
pokok dengan memperhatikan potensi akal dan kesiapan subjek belajar.
Informasi-informasi global ini setelah dikuasai subjek belajar menjadi bekal
awal sebelum disampaikan pembahasan yang menyeluruh dan mendalam berkaitan
dengan materi.
2.
As-Syarh
wa Al-Bayan
(Pengembangan). Dalam tahap ini, penyampaian materi disertai ulasan ragam
pandangan (teori) yang berhubungan dengan pokok bahasan; materi pelajaran lebih
dikonkretkan dengan berbagai contoh (termasuk peragaan) dan perbandingan.
Intinya tahapan kedua ini merupakan tahapan memperkaya materi pembelajaran.
3.
Takhallus (Penyimpul-khasan). Tahap terakhir dari
proses pembelajaran adalah materi pembelajaran diberikan secara lebih mendalam
dan rinci dalam konteks yang menyeluruh sambil memperdalam aspek-aspeknya dan
menajamkan pemahaman subjek belajar. Semua masalah yang dianggap penting dan
sulit serta kabur pada tahap ini dituntaskan dengan tujuan agar pencapaian materi
keilmuan, ketrampilan dan sikap subjek lebih sempurna.
[1] Slameto, Belajar&Faktor-faktor yang
mempengaruhi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet V, hlm. 02.
[2] Abu Ahmadi, Cara Belajar yang Mandiri
dan Sukses, (Solo: CV. Aneka, 1993), hlm. 20.
[3]
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), Ed.2, Cet II, hlm. 35.
[4] M. Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 84.
[7]
Sardiman A. M, Interaksi&Motivasi
Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 20.
[8]Baharuddin
dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 116.
[9] Sardiman A. M, Interaksi & Motivasi
Belajar Mengajar, hlm. 24-25.
[10]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.17.
[11]
Kemendiknas, Undang-Undang RI
Nomor 14 Tahun 2005&Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
dan Dosen, (Bandung:
Citra Umbara, 2011), Edisi 2009, hlm. 63.
[12]H.
Douglas Brown, Principles of Language
Learning and Teaching, (San Francisco: Longman, 2000), hlm. 07.
[13] Iskandar, Psikologi Pendidikan,
(Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 180-181.
[14] Saepul Anwar, Konsep Pendidikan Ibnu
Khadun(Refleksi Pemikiran Seorang Sosiolog Muslim Abad 14 M tentang Pendidikan,
dalam http://www.pendidikmuslim/ diakses 30 Pebruari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar