Sebelum tiba bulan Ramadhan, saya & suami terlebih dahulu melakukan dialog yang intensif dengan Faradiba (anak pertama kami yang berumur 6 tahun 3 bulan) seputar puasa. Dalam dialog tersebut menekankan tentang pengertian, kegunaan, keindahan, keutamaan puasa dengan bahasa yang difahami olehnya. Dengan tujuan agar anak pertama kami tersebut memiliki kesan pertama yang indah dan menyenangkan tentang puasa.
Anak-anak tidak diwajibkan melakukan ibadah yang satu ini, tetapi orang tua perlu melatih anak berpuasa agar siap dan tidak kaget saat melakukannya.
Kami libatkan Faradiba dan adiknya Fahd (20 bulan) dalam kegiatan sahur, berbuka puasa dan sholat tarowih. Melibatkan mereka akan menumbuhkan pemahaman yang lebih baik tentang kegiatan puasadan membuat mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan ritme puasa.
Kami iming-imingi Faradiba penghargaan atau hadiah kecil atas keberhasilan kecil yang dia capai. Misalnya, ketika ia kuat berpuasa dari pagi hingga siang hari,kami beri dia pujian dan semangat agar bisa meningkatkannya.
Latihan puasa kali pertama ini saya tidak bisa mengontrolnya 100 % karena disisi lain saya harus berada di sekolah pagi sampai siang, sementara dia berada di rumah mbahkung & utinya. Nanti sepulang dari saya mengajar baru akan saya boyong dia bersama adiknya untuk pulang ke rumah kami sendiri.
Ketika di malam hari dia sudah punya tekad bulat untuk besok puasa sampai maghrib, maka ditengah tekadnya selalu saja ada ujian yang tidak bisa dia tolak, karena setiap jam 10 sepulang dia dari sekolah maka mbah utinya akan menawari untuk berbuka/makan. Ya... maklumlah.... Faradiba ini adalah cucu pertama & kesayangan mbahkung & mbah utinya. Sampai hari keempat ini, tekad bulat untuk puasa penuh belum berhasil. hehehe....
Tetap semangat ya Kakak!!! Masih ada waktu 25 hari Ramadhan lagi.
Yang paling penting dalam pelatihan puasa yaitu Pentahapan. Rencananya... kami buat Faradiba melakukan puasa secara bertahap. Misalnya; pada hari pertama, sahur boleh dilakukan tiga kali. Lalu pada hari berikutnya sahurnya cukup dua kali, dan jika telah mendapatkan nuansa puasa tersendiri, maka baru dibebankan puasa sehari penuh. Atau bisa juga dengan hitungan jam; hari ini puasa selama 6 jam, besoknya puasa menjadi 8 jam, baru di hari berikutnya puasa penuh.
Dalam masa pentahapan ini, jika mungkin, orang tua menjadikan waktu maghrib sebagai puncak kesuksesan puasanya, dengan masa waktu puasa dihitung mundur dari waktu maghrib. Misalnya; jika anak mampu berpuasa 9 jam, maka makan sahurnya pada jam 09.00 WIB. Tetapi harus diingat bahwa mereka sesungguhnya masih pada masa latihan, sehingga tidak tepat jika diberlakukan seperti orang yang sudah berkewajiban.
Poso Bedug (buka puasa di waktu dzuhur dan dilanjut tidak makan lagi sampai adzan magrib)
Foto ini diambil sebelum bulan puasa, ketika Kakak Faradiba menemani ade Fahd pergi ke POS Gizi di Balai Desa
Kakak Faradiba asyik bermain dengan adek Fahd di hari puasa ke-2 Romadhon tahun ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar