FAITHFUL: KATA PERTAMA DARI MULUT MUNGILMU

Selasa, 01 November 2016

KATA PERTAMA DARI MULUT MUNGILMU

Menyaksikan tahap demi tahap perkembangan Faradiba, sungguh sebuah anugerah. Mulai dari lahir, menangis, menyusu, tengkurap, duduk dan berdiri. Ketika ia sudah mulai melempar huruf demi huruf anugerah itu serasa semakin tergenapkan. “Aa.. Yayaya… mmmmm,” katanya sembari menggerak-gerakkan bibir.
Genap ketika berusia 7-8 bulan Papaya sudah bisa berucap "Ayayaya..". Entah itu memanggil ayahnya atau ekspresi meluapkan kebahagiaan.
Yang pasti....
We love U so Much Pay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About me

Ririn Isnawati, dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 27 September 1988. Ia adalah pendidik/ guru Sains di MTs Bahrul Ulum Bulu & MI. Khoiriyah Pilanggede Balen. Anak kedua dari 3 bersaudara ini melewati kehidupan masa kanak-kanaknya di Dukuh Pilangsari Desa Pilanggede, sebuah kampung kecil di pelosok yang terletak di bantaran sungai dan bengawan Solo di wilayah Utara Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Biasa hidup di lingkungan air dan banjir itulah membuatnya sejak kecil terampil berenang. Pondasi pendidikan masa kecilnya diperoleh melalui lembaga pendidikan informal keluarga yang penuh kehangatan di bawah asuhan ayah-ibunda (M. Bashiron, S. Pd. I&Istikhoroh, A. Ma. Pd). Latar belakang keluarga yang religious, mendidiknya mandiri, disiplin dan teladan dalam relijiusitas kehidupan sehari-hari. Ia pertama kali mengenal huruf Al-Qur’an dibimbing oleh ayah&Ibunya, lalu dilanjutkan dengan mengaji di TPQ Al-Khoiriyah yang berada di bawah asuhan paman-pamannya (Pak lek Abd. Muhith& Abd. Malikil MUluk, S. Pd. I). Ayah&Ibunya yang sehari-hari berjuang dalam dunia pendidikan telah mewariskan jiwa semangat untuk belajar sehingga dalam perjalannya menempuh pendidikan dasar hingga menengah selalu menjadi juara kelas. Pendidikan keluarganya diperkuat dengan pendidikan non-formal tidak jauh dari rumahnya yang berlangsung alami berpusat di “Langgar” (mushola) Adz-Dzakiroh dekat rumah. Di langgar itulah ia menikmati dinamika pendidikan Islami 100% gratis di bawah asuhan Bu Nyai langgar yang istiqomah tanpa pamrih yang tidak lain adalah neneknya (Bu Nyai Fatimah) serta ibu dan Bu dhe St. Hanifah. dengan kurikulum utama mengaji Al-Qur’an (membaca tartil, ilmu tajwid, qiro’ah lagu), Fasholatan, pembiasaan shalat jama’ah (maghrib, isya’, subuh), zikir/ wirid ba’da shalat, dan shalawatan al-barzanji/addiba’i. Ririn kecil mengenyam pendidikan formalnya diawali dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Khoiriyah di desa Pilanggede yang berlokasi tepat di depan rumahnya. Bersama sembilan teman sekelasnya ia lulus pada tahun 2001 di bawah bimbingan guru-gurunya yang tulus-ikhlas sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yaitu: Pak Sahli,A. Ma -alm, Ibunda (Istikhoroh, A. Ma. Pd), Pak Hamid Arifin, S. Pd. I, Pak Abd. Malikil Muluk, S. Pd. I(paman), Pak Nafi’, Bu Sulasih, Bu Azizah, Bu Munti’ah, jazahumulloh ahsanal jaza’. Kemudian ia melanjutkan jenjang pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Islamiyah yang terintegrasi dengan Madrasah Aliyah, sebuah lembaga pendidikan Islam berbasis Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin (kombinasi sistem kurikulum pesantren salafiyah--Kementerian Agama) terletak di desa Balenrejo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro yang memiliki ribuan murid/santri. Dipercaya dua tahun sebagai Sekretaris dan Ketua I OSIS (Organisasi Siswa Islamiyah) menempanya menjadi pelajar aktivis tangguh berorganisasi. Pada saat yang sama, selain menempuh pendidikan formalnya, ia juga memaksimalkan kesempatan mengenyam pendidikan nonformal (ngaji bandongan) di Masjid Adz-Dzakirin setelah magrib di bawah bimbingan Kyai Ihsanuddin (pak de). Setelah lulus dengan Ijazah MA dengan niat kuat dan restu orangtua serta dukungan kakaknya ia berangkat dari Bojonegoro ke Kota Kediri tepatnya di desa Tulung rejo Kecamatan Pare untuk mendalami bahasa ingris selama + 8 bulan. Beberapa bulan kemudian setelah lumayan mahir dalam bahasa ingris sang direktur di Lembaga dimana tempat dia belajar melihat potensi yang dimiliknya dan kemudian meminta Ririn untuk menjadi tentor di Lembaga kursus tersebut (OCEAN Communicative Integrated English Course). Kemudian pada tahun 2008 ia berangkat ke Semarang (-+210km) dengan didampingi paman (Pak lek Lik) untuk daftar masuk ingin melanjutkan belajar, tolabul’ilmi menempuh program sarjana (S1) di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Jurusan Tadris Kimia. Semasa belajar ia selalu berupaya memanfaatkan waktu di luar kuliah untuk kegiatan yang bermanfaat, baik organisasi di kampus maupun di lingkungan masyarakat sekitar kampus, yang secara nyata memberi banyak hikmah untuk mendewasakan diri dalam berbagai aspek kehidupan yang positif. Untuk menjaga keberlangsungan studi dan memenuhi keperluan hidupnya di Semarang, selain dibantu orangtua, dengan gigih ia membuka layanan Les Privat dari rumah ke rumah. Panggilan jiwa dan kecintaannya di dunia pendidikan telah tertanam sejak mahasiswa yang dibuktikan dengan peran aktifnya sebagai guru ngaji di TPQ Al-Hikmah Margoyoso setiap sore sepulang kuliah (2009-2012) dan les privat setiap malam setelah magrib(2009-2012). Karena kesungguhannya pula, semasa kuliah dia memperoleh prestasi akademik yang baik, sehingga meraih predikat Cumlaude ketika sarjana. Setelah lulus sarjana tahun 2012 s/d sekarang, ia bertekad mengabdikan diri sebagai pendidik yang bermanfaat di mana saja berada. Motto yang menginspirasi dalam keseharian hidupnya: “Khoirun Nass anfa’uhum lin Nass”. Pesan visionernya: “Be a good mooslem or die as syuhada”. Akhirulkalam, dengan terbuka ia mengundang semua pembaca yang budiman untuk bersillaturrohim dan berbagi melalui face to face atau melalui e-mail: yi2n.cokiyute@gmail.com & rien_cuteabiz@yahoo.co.id dan atau mengajak mengunjungi blog pribadinya: http://yi2ncokiyute.blogspot.com. Robbi zidni ‘ilma

Halaman

Selasa, 01 November 2016

KATA PERTAMA DARI MULUT MUNGILMU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Everything