Hello para pembaca, setelah kurang lebih 2 bulan lama vakum dari menulis akhirnya
saya bisa mengutak-atik lagi blog ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin
mengangkat topic tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan
saat ini antara lain adalah pencemaran lingkungan dengan segala dampak yang
ditimbulkannya. Sebagaimana kita ketahui dan bahkan kita alami sendiri bahwa
pencemaran berlangsung dimana-mana dengan laju begitu cepat yang tidak pernah
terjadi sebelumnya.
Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan masalah urban
kini mulai berubah, hal ini terjadi setelah adanya fakta turunnya hujan asam
dan pencemaran udara regional atau lintas batas lainnya.
Atmosfer dapat
mengangkut berbagai zat pencemar ratusan kilometer jauhnya, sebelum
menjatuhkannya ke bumi. Dalam perjalanan jarak jauh ini, atmosfer bertindak
sebagai reactor kimia yang kompleks merubah zat pencemar setelah berinteraksi
dengan substansi lain, uap air dan enrgi matahari. Pada kondisi tertentu sulfur
Oksida (SOX) dan Nitrogen (NOX) hasil pembakaran bahan bakar fosil akan
bereaksi dengan molekul-molekul uap air di atmosfer menjadi asam sulfat (H2SO4)
dan asam Nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun ke permukaan bumi bersama air
hujan yang dikenal dengan sebutan HUJAN ASAM.
GAMBAR HUJAN
ASAM
Hujan asam telah menimbulkan masalah besar di daratan Eropa dan
Amerika serta di Negara Asia termasuk Indonesia. Dampak negatof dari hujan asam
selain rusaknya bangunan dan berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam,
juga terjadi kerusakan lingkungan terutama pengasaman (acidification) danau dan
sungai. Ribuuan danau airnya telah bersifat asam sehingga tidak ada lagi
kehidupan akuatik, dikenal dengan “danau mati”.
Disamping merusak ekosistem perairan, hujan asam mengancam kmoditi
pertanian serta menimbulkan kerusakan hutan. Pada akhir tahun 1985, paling
sedikit 7 juta Ha hutan di 15 negara Eropa telah rusak dan pada tahun 1986
telah mencapai 30,7 Ha. Kerusakan hutan akibat hujan asam sekarang ini makin
meluas dan makin meningkat tingkat kerusakannya.
Hujan asam juga
telah melanda wilayah di Indonesia. Pemantauan hujan asam yang dilakukan oleh
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di
tiga kota di Indonesia dapat dilihat pada table berikut.
Parameter
|
Jakarta
|
Medan
|
Manado
|
PH
SO4
NO3
NH3
|
5,56
0,04
1,66
1,42
|
5,76
0,12
1,86
1,20
|
5,78
0,04
0,61
0,26
|
*Sumber:
Badan Meteorologi dan Geofisika, 1990.
Apabila
dibandingkan dengan nilai ambang batas PH yang masih diijinkan bagi lingkungan
hidup, maka tingkat keasaman air hujan dijakarta sudah mendekati nilai kritis.
Air hujan dengan Ph 5,6 dapat menimbulkan kerusakan berbagai jenis logam
termasuk terjadinya perkaratan. Disamping itu dapat merusak tambak-tambak ikan
sehingga hasil panennya berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar