Kalau kita lihat pada masa
perjuangan pendidikan di negara kita, terutama pada saat proklamasi
kemerdekaan. Yang paling berjasa pada saat itu adalah guru. Sebuah kata
bijak mengatakan bahwa ‘Kalau ingin melihat kualitas suatu bangsa, lihatlah kualitas gurunya’,
artinya bahwa keberadaan guru di sini sangat menentukan kualitas suatu
bangsa, dan kualitas suatu bangsa bisa dilihat dari mutu. Peningkatan
mutu bermuara pada satu masalah utama, yaitu pendidikan. Pendidikan
tidak bisa terlepas dari peran guru. Guru merupakan ujung tombak proses
pendidikan. Hebat atau rusaknya pemimpin baru yang dilahirkan bisa
sangat dipengaruhi oleh sosok guru.
Indonesia adalah negara yang sedang mengalami perkembangan dari segi
system pendidikan, namun jika kita lihat lebih dekat lagi bagaimana
kondisi anak-anak muda saat ini adalah sangat memprihatinkan. Anak muda
Indonesia tiba-tiba terjebak kasus narkoba, terbukti melakukan seks
bebas, tidak ada lagi murid yang patuh pada gurunya, banyak murid yang
melawan, seolah tidak ada didikan kedisiplinan dari sang guru. Kasihan
deh anak-anak muda Indonesia. Para figure public idola mereka tak
konsisten memberikan keteladanan, akibatnya, anak muda zaman sekarang
menjelajah sendiri model yang diciptakan kelompok mereka sendiri untuk
memuaskan hasrat pencarian jati diri mereka. Melihat kondisi pemuda
Indonesia yang seperti ini, tidak ada lain yang patut menjadi idola dan
teladan bagi mereka adalah guru, Untuk mewujudkan kualitas suatu bangsa,
guru mempunyai tiga peran, yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai
pendidik, dan guru sebagai pemimpin.
Guru sebagai pengajar, dalam konsep pertama guru pengajar adalah guru
yang hanya mentransformasi pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa
sehingga pada batasan ini hanya pada tataran transfer of knowledge.
Kedua adalah guru sebagai pendidik, bila dibandingkan pada kategori
pertama karakter guru dalam tataran ini tidak hanya sebatas pada transfer of knowledge tapi juga transfer of value,
penanaman nilai kepada siswa menjadi aspek penting karena pengetahuan
tidak akan seimbang bila sikap arif dalam diri terkebiri, dan karakter
yang terakhir yaitu guru sebagai pemimpin merupakan guru tidak hanya
dapat melakukan pengajaran dan pendidikan tapi juga dapat menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif dan dapat berkomunikasi dengan orang
tua sebagai bentuk tanggung jawabnya.
Saya sangat sepakat dengan gagasan Pak Asep Sapaat, Guru itu
pemimpin. Meski bukan seorang bintang idola, tapi sadarilah bahwa guru
bisa melahirkan bintang-bintang idola yang akan menjadi generasi
pengganti dan berjiwa pemimpin. Pemimpin bicara soal ide dan harapan
masa depan. Idenya tak melulu soal bagaimana meraih status pegawai
negeri sipil, mendapat tunjangan sertifikasi, meraih jabatan struktural,
dan kenikmatan dunia untuk diri sendiri. Guru pemimpin, paham
manfaatnya sangat besar untuk menyiapkan pemimpin masa depan Indonesia.
Ide dan harapannya tak berorientasi AKU, tapi MEREKA, anak-anak muda
Indonesia yang mesti tumbuh berkembang jiwa-jiwa kepemimpinannya. Hidup
yang merdeka adalah ciri seorang guru pemimpin. Mereka tak takut dengan
atasan. Mereka tak silau dengan harta dan jabatan. Hanya satu yang
mereka takutkan, cara berpikir dan bersikapnya jauh dari nilai-nilai
kebenaran.
Satu hal yang patut dicermati, guru memang takkan pernah jadi
pemimpin jika dia miskin integritas. Karena miskin integritas, guru tak
memiliki karisma dan inspirasi di mata murid-murid. Jika guru sudah tak
inspiratif bagi murid, maka konsepsi guru sebagai sosok pemimpin memang
hanya akan menjadi wacana saja. Guru juga butuh figur pemimpin yang
setia memberikan keteladanan. Tak lupa system yang mendukung mewudnya
karakter kepemimpinan guru. Pak Sidharta Susila dalam gagasannya
menjelaskan bahwa kita mesti menciptakan ruang istimewa untuk memupuk
benih karakter kepemimpinan anak-anak kita, calon pemimpin masa depan
Indonesia. Sekolah adalah ruang berperistiwa yang bisa dimanfaatkan guru
untuk mendidik calon-calon pemimpin. Sayangnya ruang berperistiwa ini
tak dikawal system dan orang berkarakter pemimpin. Tapi pimpinan yang
lebih nyaman memanipulasi dari pada mendorong semua sumber daya yang
dimiliki sekolah.
Tentunya kita sebagai seorang muslim pasti butuh bekal yang cukup
banyak untuk hidup yang hakiki kelak di akhirat. Kebahagiaan dunia dan
akhirat ada pada profesi guru. Selain mendapat penghargaan di dunia,
guru juga mendapat balasan kelak di akhirat. Karena guru merupakan
pengemban amanah para nabi dan orang-orang shalih. Orang yang mengikuti
jejak langkah para nabi dan orang-orang shalih tidak lain balasannya
adalah surga.
Banggalah kita yang sekarang menjadi guru, sebagai pewaris para nabi
dan diberikan ilmu oleh sang pemberi ilmu. Itulah beberapa alasan kenapa
sekarang aku bangga menjadi guru, memilih guru sebagai profesi utama.
Karena sebenarnya tanpa kita sadari, setiap hari kita adalah guru, yang
membedakan adalah kita berada dalam system atau tidak, dan guru
menurutku adalah profesi terbaik. Allah pun telah berjanji dalam
kitabnya akan mengangkat derajat yang beriman dan orang-orang yang
berilmu.
Saya berharap semoga Allah selalu membimbing saya dan semua guru,
menjadi guru sebagai profesi terbaik dan jalan untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar