Untuk mengetahui adanya pemanis sintetis dan konsentrasinya dalam bahan makanan atau minuman.
II. DASAR TEORI
Seiring dengan meningkatnya industri makanan di indonesia dan juga industri minuman tentunya, telah terjadi peningkatan produksi minuman ringan yang beredar di masyarakat. Pada minuman ringan sering ditambahkan pewarna sintetis dan pengawet yang kadarnya perlu diperhatikan, karena apabila konsumsinya berlebih dapat membahayakan kesehatan.
Dalam buku “The Additives Guide”, Dr. Christopher Hughes mengartikan bahwa pemanis adalah bumbu-bumbu pangan yang dapat memberikan rasa manis pada makanan. Menurut SNI pemanis buatan adalah bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan terutama rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori. Zat pemanis buatan merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula. Ada beberapa pemanis buatan yang umum digunakan oleh masyarakat, yaitu: a. Sakarin Sakarin ditemukan secara tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Ramsen pada tahun 1987. Ketika pertama kali ditemukan, sakarin digunakan sebagai pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin memiliki tingkat kemanisan 200-700 kali sukrosa 10%. Nilai kalori 0 kkal/g atau setara dengan 0 kj/g dengan ADI; 5 mg/kg berat badan. Penggunaan sakarin biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain seperti siklamat atau aspartam. Hal ini dimaksudkan untuk meutnupi rasa tidak eneak dari sakarin dan memperkuat rasa manisnya. Sebagai contoh sakarin dan siklamat dengan perbandingan 1:3 merupakan campuran yang paling baik sebagai pemanis yang menyerupai gula dalam minuman. b. Siklamat Setelah sakarin, siklamat merupakan pemanis non-nutritif lainnya. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30 kali lebih manis dari pada gula. Siklamat tidak memberikan after taste seperti halnya sakarin. Siklamat diperjual belikan dalam bentuk garam Na atau Ca nya. Siklamata dilarang penggunaannya di USA, Kananada dan Inggris sejak 1970-an karena produk degradasinya (sikloheksil amina) bersifat karsinogenik. Meskipun demikian, penelitian yang mendasari pelarangan penggunaan siklamat banyak mendapat kritik karena siklamat digunakan pada tingkat yaang sangat tinggi dan tidak mungkin terjasi dalam praktek sehari-hari. Oleh karena itu FAO/WHO masih memasukkan siklamat sebagai BTM yang diperbolehkan. c. Aspartam Aspartam atau metil ester dari L-aspartil L-Fenilalanin merupakan pemanis baru yang penggunaannya diijinkan pada tahun 1980-an. Aspartam memiliki nilai kalori karena pada dasrnya asprtam aspartam merupakan peptida. Meskipun demikian, kemanisannya yang tinggi (200 kali kemanisan sukrosa) maka ditambahkan dalam jumlah yang sangat kecil sehingga nilai kalorinya dapat diabaikan.
III. ALAT DAN BAHANDalam buku “The Additives Guide”, Dr. Christopher Hughes mengartikan bahwa pemanis adalah bumbu-bumbu pangan yang dapat memberikan rasa manis pada makanan. Menurut SNI pemanis buatan adalah bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan terutama rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori. Zat pemanis buatan merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula. Ada beberapa pemanis buatan yang umum digunakan oleh masyarakat, yaitu: a. Sakarin Sakarin ditemukan secara tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Ramsen pada tahun 1987. Ketika pertama kali ditemukan, sakarin digunakan sebagai pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin memiliki tingkat kemanisan 200-700 kali sukrosa 10%. Nilai kalori 0 kkal/g atau setara dengan 0 kj/g dengan ADI; 5 mg/kg berat badan. Penggunaan sakarin biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain seperti siklamat atau aspartam. Hal ini dimaksudkan untuk meutnupi rasa tidak eneak dari sakarin dan memperkuat rasa manisnya. Sebagai contoh sakarin dan siklamat dengan perbandingan 1:3 merupakan campuran yang paling baik sebagai pemanis yang menyerupai gula dalam minuman. b. Siklamat Setelah sakarin, siklamat merupakan pemanis non-nutritif lainnya. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30 kali lebih manis dari pada gula. Siklamat tidak memberikan after taste seperti halnya sakarin. Siklamat diperjual belikan dalam bentuk garam Na atau Ca nya. Siklamata dilarang penggunaannya di USA, Kananada dan Inggris sejak 1970-an karena produk degradasinya (sikloheksil amina) bersifat karsinogenik. Meskipun demikian, penelitian yang mendasari pelarangan penggunaan siklamat banyak mendapat kritik karena siklamat digunakan pada tingkat yaang sangat tinggi dan tidak mungkin terjasi dalam praktek sehari-hari. Oleh karena itu FAO/WHO masih memasukkan siklamat sebagai BTM yang diperbolehkan. c. Aspartam Aspartam atau metil ester dari L-aspartil L-Fenilalanin merupakan pemanis baru yang penggunaannya diijinkan pada tahun 1980-an. Aspartam memiliki nilai kalori karena pada dasrnya asprtam aspartam merupakan peptida. Meskipun demikian, kemanisannya yang tinggi (200 kali kemanisan sukrosa) maka ditambahkan dalam jumlah yang sangat kecil sehingga nilai kalorinya dapat diabaikan.
A. Alat
Corong Pisah Pipet ukur Pipet tetes Gelas beker Sendok pengaduk Penangas air Bunsen/spirtus, kaki tiga Gelas ukur Erlenmeyer Labu takar Corong gelas
B. Bahan
Larutan HCl pekat
Larutan dietil eter
Larutan H2SO4
Larutan NaOH 10%
Aquadest
Reagen Nessler
Larutan NH4Cl
BaCl2
NaNO2
CH3COOH
Metanol
KI
KI-Amilum
Marimas
Kertas Saring
IV. CARA KERJA
V. DATA PENGAMATAN
a. Uji Kualitatif Sakarin
No Perlakuan Hasil
1 100 mg marimas rasa strawberry dilarutkan pada 5 ml NaOH Larutan berwarna merah muda keruh
2 Larutan dipanaskan hingga tersisa residu(kering) Selama pemanasan terjadi beberapa perubahan warna, mulai dari:
Kuning orange
Coklat
Coklat kehitaman
3 Residu + 2 ml HCl 10% Berwarna coklat muda.
Residu larut dalam HCl
4 Residu di tetesi dengan FeCl3 1 N Tidak terbentuk warna violet.
(Uji Negatif) karena larutan yang dihasilkan berwarna coklat kehitaman
b. Uji Kualitatif Siklamat
No Perlakuan Hasil
1 100 ml Larutan marimass + 2 g BaCl2 + diaduk + didiamkan Larutan berwarna merah muda keruh
2 Larutan disaring dengan kertas saring Filtrat berwarna merah muda
3 Filtrat + 10 ml HCl pekat + 2 g NaNO2, kemudian didiamkan Larutan berwarna merah mudakeruh dan setelah + 20 menit didiamkan terdapat sedikit endapan putih
(Uji Positif)
c. Uji Kuantitaif Sakarin
No Perlakuan Hasil
1 4 g sampel + 1 g sakarin + 2ml HCl
2 Diekstraksi dengan dietil eter sebanyak 3 kali Ekstraksi dengan 3,3 ml dietil eter, 3,2 ml dan 3,2 ml
3 Disaring dietil eternya
Diuapkan filtranya
Ditambah 6 ml HCl10% dan 5 ml aquadest
4 Diuapkan sampai diperoleh 1 ml larutan Erupa larutan keruh
5 Diencerkan dengan 50 ml aquadest Bening
6 Diambil 2 ml, dimasukkan dalam labu 25 ml Merah kecoklatan
7 Ditambah 1 ml larutan Nessler Kuning kecoklatan
8 Diencerkan dengan aquadest hngga tanda batas
9 Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada 425 nm Didapatkan absorbansi sebesar 0, 205 (kurang dari kurva standar yang telah dibuat)
VI. PEMBAHASAN
A. Uji Kualitatif Sakarin
Uji kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pemanis sintetis (sakarin) dalam suatu sampel bahan makanan. Sampel yang akan diuji adalah marimas rasa strawberry yang diperkirakan mengandung skarin. Sakarin merupakan pemanis buatan yang sangat manis, sakarin 60 mg setara dengan kurang lebih 30 g sukrosa, sehingga kadarnya dalam makanan atau minuman biasanya sangat kecil.
Analisis kualitatif sakarin dapat dilakukan dengan beberapa cara, slah satunya yaitu Uji Jorissen. Dimana pada uji ini prinsipnya adlah sakarin akan memberikan warna violet jika direaksikan dengan NaOH dan FeCl3 yang berlebihan.
Tahap pertama yang dilakukan yaitu 100 mg sampel dilarutkan pada 5 ml NaOH dan dipanaskan pada penangsa air untuk memperoleh residu. Residu yang didapat diasamkan dengan menambahkan 2 ml HCl encer 13 %. Fungsi pengasaman tersebut adalah agar sakarin yang terdapat dlam sampel mengalami hidrolisa menjadi Asam-O-Sulfanol Benzoat atau dalam suasan asam menjadi asam ammonium-O-Sulfo Benzoat.
Ketika residu dilarutkan dalam HCl diperoleh larutan berwarna coklat muda dan residu larut dalam HCl. Kemudian sampel ditetesi dengan FeCl3 tetes demi tetes. Penambahan FeCl3 adalah untuk mengetahui adanya sakarin dalm sampel yang ditandai dengan terbentuknya warna violet. Tetapi setelah diberi FeCl3 secara berlebih sampel tidak berwarna violaet, tetapi justru dari coklat muda muda berubah warna menjadi coklat kehitaman.
Hal ini berarti bahwa uji yang dilakukan adalah negatif, karena tidak terbentuk warna violet. Jadi dalam sampel yang di analisis (marimas) tidak menggunakan pemanis sintetis sakarin. Hal ini sesuai dengan pembuktian yang telah dilakukan yaitu pengecekan ingredients/komposisis dari sachet(bungkus) marimas rasa strwaberrysecara langsung dan didapatkan bahwa pemanis sintetis yang digunakan adlah Natrium Siklamat dan Aspartam.
B. Uji Kuantitatif Sakarin
Dalam Uji kuantitatif sakarin, terlebih dahulu dibuat larutan standard sebanyak 0,5 ml; 1 ml; 2 ml; 3 ml; 5 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dan ditambah 1 ml reagen nessler dan diencerkan sampai tanda batas. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansinya pada panjang gelombang 425 nm.
Blanko yang digunakan adalah aquadest karena blanko harus sesuai dengan pelarut larutan standart yang digunakan, dalam hal ini 1 mg sakarain dlam 1 L aquadest berfungsi sebagai pelarut.
Uji Kuantitatif asakarin yang dilakukan bertujuan untuk menentukan kadar suatu sampel melalui perhitungan absorbansi yang diperoleh berdasarkan percobaan. Langkah yang dilakukan adalah sampel ditambah dengan 1 g sakarin ditambah dengan 2 ml HCl agar suasana menjadi asam. Kemudian diekstrak dengan dietil eter sebanyak 3 kali.
Ekstraksi merupakan proses perlakuan satu atau sejumlah penyusun atau campura ke dlam pelarut sehingga penyusun-penyususn tersebut terpisah dari pelarut lain yang tidak larut. Larutan yang diekstraksi adalah larutan sakarin dengan pelarut dietileter yaitu salah satu pelarut organik yang tidak larut dalam air.
Pada saat ekstraksi sakarain, sakarin terletak dibawah sedangkan dietil eter terletak diatas. Karena sakarin memiliki berat jenis lebih besarr. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 klai agar semua sakarin dapat terekstrak.
Ekstrak yang dipeoleh kemudian dicuci dengan aquadest dan diuakan sehingga eter yang ada pada sampel menguap (hilang) yang ditandai dengan hilangnya bau yang menyengat. Eter akan mudah menguap dan hilang karena eter memiliki titik didih yang sangat rendah.
Dari filtrat yang ada diambil 1 ml dan diencerkan dengan 50 ml aquadest dan dipeoleh larutan bening. Kemudian diambil 2 ml dan ditambah dengan 1 ml reagen nessler dan diencerkan sampai 25 ml pada labu takar dihasilkan larutan berwarna kuning kecoklatan. Kemudian diukur absorbansinya pada spektrofotometer dan diperoleh 0,025.
Pada percobaan kali ini absorbansi yang didapatkan lebih kecil dari kurva, seharusnya dibuat larutan standart baru lagi dengan konsentrasi dimulai dari yang lebih rendah dari konsentrasi larutan standart sebelumnya.
Dari absorbansi tersebut kita hitung dengan cara mensubstitusikan absorbansinya sebagai y dan konsentrasi sebagai x, melalui persamaan y= 0,017x+0,256.
Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan konsentrasi sakarin adalah 12,75 ppm.
C. Uji Siklamat
Analisis kualitatif siklamat dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya ada uji pengendapan dan uji KLT. Namun pada percobaan yang telah dilakukan, hanya dilakukan uji pengendapan saja. Prinsip yang mendasarinya adalah terbentuknya endapan putih dari reaksi antara BaCl2 dengan Na2SO4 (Berasal dari reaksi antara siklamat dengan NaNO2 dalam susasana asam kuat).
Tahap pertama yang dilakukan adalah mereaksikan 100 ml sampel dengan 2 g BaCl2 didiamkan selama 5 menit kemudian disaring. Filtrat yang dipeoleh ditambah dengan 10 ml HCl pekat dan NaNO2 0,2 g, penambahan HCl berfungsi untuk membuat suasana menjadi asam.
Reaksi anatara siklamat dnegan HCl terurai menghasilkan amin alifatis primer. Metode ini berdasarkan sifat bahwa siklamat oleh HCl akan terrai menjadi asam sulfat dan jumlahnya setara dengan siklamat yang ada. Adanya siklamat ditunjukkan dengan endapan putih. Endapan putih tersebut adalah endapan Barium Sulfat. Reaksi yang terjadi pada penetapan adanya siklamat adalah:
Uji pada sampel terdapat endapan putih, hal ini menunjukkan bahwa dalam sampel (marimas) terdapat siklamat.VII. KESIMPULAN
Analisis kualitatif sakarin daapt dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu Uji Joorrisen. Dimana prinsipnya sakarin akan mmeberikan warna violet ketika direaksikan dengan NaOH dan FeCl3. Analisis kualitatif siklamat melalui uji pengendapan berdasarkan pada prinsip terbentuknya endapan putih dari reaksi BaCl2 dengan Na2SO4 (berasal dari reaksi antara siklamat dengan NaNO2 dalam suasana asam kuat) Dalam uji kualitatifsakarin pada sampel (marimas) dipeoleh uji negatif/ tidak terbukti adanya sakrin dalam sampel karena tidak terbentuk warna violet. Pada uji kuantyitatif sakarin, sampel dengan absorbansi 0,205 memiliki kadar 27,1176. Dalam uji siklamat reaksi antara siklamat dan HCl terurai menghasilkan amin alifatis primer. Metode ini berdasr pada sifat bahwa siklamat oleh HCl akan terurai menjadi asam sulfat dan jumlahnya setara dengan siklamat yang ada.
VIII. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Firmansyah, Arizal, 2010, Petunjuk Praktikum Kimia Bahan makanan, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Sumantri dan Abdul Rohman, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Meyers, RA, 2000, Ensiklopedia Kimia Analitik, Volume 5, Newyork: John Willey and Sons Ltd
http://wikipedia.org
http://www.library.usu.ac.id/
Htttp://www.depkes.go.id/index.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar