Sabtu, 31 Juli 2010

BELAJAR DARI SEPAK BOLA untuk ORGANISASI

Tim yang solid adalah sebuah cita-cita yang tidak mudah untuk diwujudkan. Betapa tidak, manusia dengan karakter, keinginan serta usia yang berbeda berkumpul dalam satu wadah guna mencapai satu juan bersama. Tak ayal lagi berbagai masalahpun bermunculan dan sering mengganggu stabilitas kelompok, sehingga tidak jarang terjadi ressufle dalam organisasi atau transfer pemain dalam sepakbola.

Kamis, 15 Juli 2010

GETTING INFORMATION AND DIRECTION

GETTING INFORMATION AND DIRECTION

X : Excuse me, can you give ne some informations?
Y : Oh, sure.
X : Actually I want to go to RM. Ayam baker ibu Suharti for having a lunch,
but I lost my way, Would you like to show me where it is?
Y : Absolutely, from this place you can go straight on for about 1 km.
Then you will find traffic lights, just turn right and follow the street for about 500 m you will find cross road and RM. Ayam ibu Suharti is on the right side of main street.
X : How can I get there?
Y : You can get there by bus.
X : How much is the cost?
X: It is about 1000 rupiah
X : Thank you so much
Y : You’re welcome and have a nice day.

The words you can use :

Cross street : Penyeberangan Bend (v) : Menikung
Cross road : Perempatan Turn/ curve : Tikungan
Three Junctions : Pertigaan Slope/ Up ward: Tanjakan
Turn left : Belok kiri Down ward : Turunan
Turn right : Belok kanan Traffic jam : Macet
Go straight on Go Up : Menanjak
Go pass Jalan terus Go down : Menurun
Follow the street Traffic light : Lampu merah
Roundabout : Bundaran Traffic regulation : Peraturan rambu lalu lintas
Square city/ public garden : Alun- alun Traffic sign : Rambu2 lalu lintas
Find : Menemukan Over fly : Jalan layang
Rich : Mencapai Ring road : Jalan bundar
Left side : Di sebelah kiri Side walk/ pavement : Trotoar
Right side : Di sebelah kanan Dead alley : Gang buntu
Main street : Jalan raya Border : Perbatasan
Path : Jalan setapak High way/freeway/ by pass : Jaln TOL

North : Utara North West : Barat laut
South : Selatan North east : Timur laut
West : Barat South West : barat daya
East : Timur South East : Tenggara


 Make conversation with your friend
 Give information how to go to some places (your home, boarding house, Bank, beach, etc)
 Try to give the information as complete as possible

SINKING SHIP

Solving Problem
SINKING SHIP

Pretend that your group are on sinking ship. There is a small rubber boat available for your rescue. The boat only can hold three people in your group and a limited number of supplies.

ALIRAN SALAF MENURUT IBNU QOYYIM AL-JAUZIYAH

I. PENDAHULUAN
Pada makalah sebelumnya telah dijelaskan tentang aliran salaf menurut Ibnu Taimiyah serta pemikiran-pemikiran beliau tentang salafiyah. Dan didalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang aliran salaf menurut Ibnu Qoyyim yang mana beliau adalah murid dari Ibnu Taimiyah. Baik dari Ibnu Taimiyah maupun Ibnu Qoyyim sama-sama menganut madzhab dari imam Ahmad Ibnu Hambal.

ANALISIS KUALITATIF KATION

ANALISIS KUALITATIF KATION

1. Tujuan
Untuk menganalisa adanya kation dalam suatu sampel.
2. Dasar teori
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektik utuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenisanion atau kation suatu larutan.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan regensia-regensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sistematik kation. Namun skema yang digunakan juga bukan skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan.
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya :
1) Golongan I : kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2) Golongan II : kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion ini adalah Hg, Bi, Cu, Cd, As, Sb, Sn.
3) Golongan III : kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana mineral encer. Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral/amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4) Golongan IV : kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
5) Golongan V : kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi Mg, K, NH4+.
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu :
a. Reaksi kering
Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat.
b. Reaksi basah
Reaksi basah biasa digunakan untuk zat dalam larutan.
Untuk uji reaksi kering metode yang sering dilakukan adalah :
a) Reaksi nyala dengan kawat nikrom
Biasanya dilakukan dengan cara sedikit zat dilarutkan ke dalam HCL P. Diatas kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi.
b) Reaksi nyala beilshein
Biasanya dilakukan dengan cara kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna hijau.
c) Reaksi nyala untuk borat
Dilakukan dengan cara cawan porselin sedikit zat padat ditambahkan asam sulfat pekatdan beberapa tetes methanol, kemudian dinyalakan ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul warna hijau.
3. Alat dan Bahan
a. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Penjepit tabung
- pemanas
b. bahan
- Larutan - Larutan
- Larutan - Larutan
- Larutan - Larutan
- Larutan - Larutan
- Larutan - Larutan
- Larutan - Larutan
- Larutan - larutan
- Larutan - larutan
- Larutan Natrium Arsenit - larutan
- Larutan - larutan kalium kromat ( )
- Larutan - larutan
- Larutan - larutan
- Larutan - larutan (encer)
- Larutan - Logam Cu
- Larutan - Larutan
- Larutan chinconin Kl - larutan KCNS
- Larutan - Larutan Natrium asetat
- Larutan - larutan Alizrin sulfonat
- Larutan Amonium Hidroksida - larutan morin alkohol
- Larutan - Aquades
- Larutan - larutan diphenil Carbazid
- Larutan Na dietil dihikarbamat - Larutan PbO2
- Larutan CuSO4 - larutan asam Nitrat pekat
- Sebuk Zn
- Kertas saring
- Larutan K3Fe (CN)6




HASIL PENGAMATAN

1
a. endapan larut + endapan putih + endapan larut + NHO3 → endapan seperti jarum.
b. endapan kuning, ketika dipanaskan endapan larut dalam air. Ketika ditambah terjadi endapan putih.
c. endapan merah coklat
d. endapan coklat
e. endapan hitam
f. endapan coklat
2
a. tidak terjadi endapan
b. tidak terjadi endapan (bening) ketika dipanaskan larutan tetap bening
c. endapan putih
d. endapan kuning
e. endapan putih
f. endapan hitam
3
a. endapan putih kemudian kuning dan hitam
b. permukaan Cu menjadi abu-abu dan ketika digosok mengkilat
c. endapan menjadi jingga, ketika reagen berlebih maka endapan larut
d. endapan kuning

4
a. endapan coklat
b. endapan merah jingga
c. endapan coklat tua, ketika reagen berlebih endapan larut menjadi larutan kuning. Dan apabila diencerkan endapan coklat → jingga
d. endapan putih
e. endapan putih
5
a. endapan hitam
b. endapan coklat merah
c. endapan biru muda, ketika reagen berlebih endapan menjadi biru tua
d. endapan biru, jika dipanaskan → endapan hitam
e. endapan coklat merah
f. larutan hijau + KCN → hijau kebiruan
g. kuning coklat
6
a. endapan kuning
b. endapan putih, tidak larut dalam reagen berlebih
c. endapan putih, endapan larut dalam reagen berlebih
7
a. endapan kuning
b. endapan kuning
c. endapan hijau, endapan larut dalam larutan dan menjadi larutan biru.
d. dan diletakkan di atas tabung → endapan hitam
8
a. ENDAPAN HITAM
b. endapan biru
c. endapan biru muda
d. endapan hijau, kemudian → coklat
9
a. endapan hitam
b. larutan coklat
c. endapan biru
d. larutan merah darah
e. larutan coklat merah
10
a. endapan putih
b. endapan merah
11
a. endapan abu-abu kehijauan
b. warna hijau
c. endapan hijau
d. endapan hijau abu-abu
12
a. endapan hitam
b. endapan merah
c. endapan hijau
13
a. endapan merah daging
b. endapan putih, kemudian segera berubah menjadi coklat karena pengaruh udara
c. endapan putih, kemudian segera berubah menjadi coklat karena pengaruh udara.
d. endapan coklat merah melayang
14
a. endapan putih
b. bening
c. endapan putih, ketika reagen berlebih endapan akan larut
d. endapan putih, endapan larut ketika endapan berlebih
e. endapan putih, endapan larut dalam larutan NaOH
15
a. endapan putih
b. endapan putih
c. endapan putih
d. endapan putih, endapan tidak larut dalam aqua regia.
e. tidak terjadi endapan
f. endapan kuning
16
a. tidak terjadi endapan
b. endapan putih
c. endapan putih
d. endapan putih, endapan larut dalam aqua regia.
e. endapan putih
f. warna kuning dan tidak terjadi endapan
17
a. endapan putih melayang
b. kemudian dinyalakan → merah karmyn
c. endapan putih
d. endapan putih
e. tidak terjadi endapan
f. tidak terjadi endapan
18
a. endapan putih
b. endapan merah
c. dinyalakan → merah karmyn
d. endapan putih
e. endapan putih melayang
f. endapan putih
g. endapan putih
19
a.
b.
c. mikroskopis seperti sapu
20
a. warna kuning
b.
21
a. endapan coklat
b. gas
Dibuktikan dengan : - Berbau (dari amoniak)
- Lakmus merah berubah menjadi biru
- Ketika batang pengaduk dibasahi dengan HCl dan diletakkan di atas tabung, timbul kabut putih pada batang pengaduk.

PEMBAHASAN

1. Ag+
a.
Jika dengan HCl encer memebntuk endapan putih, jika dengan HCl pekat tidak terjadi endapan. Setelah cairan didekantasi dari atas endapan, ia akan melarut dalam asam klorida pekat. Dengan menambahkan amonium hidroksida encer endapan akan larut. Asam nitrat encer menetralkan kelebihan amonia maka endapan akan muncul kembali membentuk seperti jarum.
b.
Membentuk endapan kuning. Endapan ini tidak larut dalam amonia encer atau pekat, tetapi mudah larut dalam kalium sianida dan natrium fiosulfat. Saat campuran dipanaskan endapan akan larut, dan mebentuk endapan putih ketika ditambahkan dengan HNO3.
c.
Membentuk endapan merah coklat. Endapan akan larut dalam asam nitrat encer dan larutan amonia. Larutan yang diasamkan berubah menjadi jingga karena terbentuk ion-ion dikromat, seperti reaksi :

d.
Membentuk endapan coklat . Suspensi endapan yang telah dicuci dengan baik, menunjukkan reaksi yang sedikit bersifat basa, disebabkan oleh kesetimbangan hidrolisis:

Endapan tak larut dalam reagensi berlebih. Endapan melarut dalam larutan amonia (a) dan asam nitrat (b).

e.
Membentuk endapan hitam. Asam nitrat pekat panas menguraikan pekat sulfida, dan belerang tertinggal dalam bentuk endapan putih. Jikacampuran dipanaskan dengan asam nitrat pekat dalam waktu yang lama, belerang akan dioksidakan menjadi sulfat dan endapan hilang.

Endapan tak larut dalam amonium sulfida, amonium polisulfida, amonia, kalsium sianida, atau natrium tiosulfat.
f.
Membentuk endapan coklat.

Reaksi mencapai kesetimbangan dan karenanya pengendapan tidak sempurna pada tingkat manapun. Endapan larut dalam reagen berlebih.
2.
a)
Tidak terjadi endapan
b)
Tidak terjadi endapan
c)
Membentuk endapan putih. . Endapan ini tidak larut dalam reagensia berlebih. Asam sulfat yang panas, pekat, melarutkan endapan karena terbentuk timbel hidrogen sulfat.

Endapan timbel sulfat larut dalam larutan amonium asetat yang agak pekat atau amonium tartrat yang agak pekat.
d)
Membentuk endapan kuning. Asam nitrat atau natrium hidroksida melarutkan endapan.

Kedua reaksi reversibel, dengan membuferkan larutan, masing-masing dengan amonia dan asam asetat, timbel kromat mengendap lagi.
e)
Membentuk endapan putih. Endapan larut dalam reagen berlebih yang membentuk ion tetra hidroksoplumbat (II) :

Jadi timbel hidroksida mempunyai sifat amfoter. Hidrogen peroksida atau amonium peroksodisulfat, bila ditambahkan pada larutan tetrahidroksoplumbat (II) membentuk endapan hitam timbel dioksida dengan mengoksidasi timbel bivalen menjadi benvalensi empat.
f)
Membentuk endapan hitam. Pengendapan tidak sempurna jika ada asam mineral kuat dengan kosentrasi lebih dari 2 M.
3.
a.
Terbentuk endapan putih kemudian kuning dan hitam.
b.
Permukaan Cu yang mengkilap, terbentuk endapan logam merkurium :

Dengan membilas, mengeringkan dan menggosok-gosok permukaan itu. Kita memperoleh bercak keperak-perakan yang mengkilap. Dengan memanaskannya, merkurium menguap dan permukaan Cu yang merah nampak lagi.
c.
Membentuk endapan merah jingga dan ketika reagen berlebih maka endapan akan larut.
d.
Terbentuk endapan kuning. Endapan tidak larut dalam reagen berlebih, tetapi mudah larut dalam asam nitrat encer.
4.
a. Terbentuk endapan coklat
b.
Endapan merah jingga dalam larutan asam encer (cinchonine).
c. endapan coklat tua,

Endapan mudah larut dalam reagensia berlebih, yang membentuk ion tetraiodobismutat yang berwarna jingga : . Bila diencerkan dengan air, reaksi diatas akan berbalik, dan bismutiodida diendapkan lagi. Dengan memanaskan endapan dengan air, ia berubah menjadi jingga oleh pembentukan bismutil iodida.

d.
Membentuk endapan putih. Endapan hanya sedikit larut dalam reagensia berlebih dalam larutan dingin. Endapan dapat larut dalam asam. Bila di didihkan endapan kehilangan air dan menjadi putih kekuningan.
e.
Membentuk endapan putih. Endapan hanya sedikit larut dalam asam meneral encer.
5.
a.
Membentuk endapan hitam. Larutan harus asam untuk memperoleh endapan kristalin yang mudah disaring. Tanpa adanya asam diperoleh endapan koloid yang hiatm kecoklatan.

b.
Membentuk endapan coklat kemerahan yaitu tembaga heksasianoferat (II) dalam suasana netral atau asam.

Endapan larut dalam larutan amonia, dengan terbentuk ion tembaga tetraamina yang biru tua.
c.
Endapan biru muda, yang larut dalam reagensia berlebih sehingga terbentuk warna biru tua yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II).

d.
Terbentuk endapan biru, endapan tidak larut dalam reagen berlebih. Bila dipanaskan, endapan menjadi hitam oleh dehidratasi.

Dengan adanya asam tartarat atau asam sitrat dalam larutan tidak di endapkan oelh larutan basa alkali, tetapi larutan menjadi biru.
e.
Terbentuk endapan hijau dan jika ditambah dengan KCN lagi endapan menjadi hijau kebiruan.
f.
Terbentuk endapan kuning coklat
6.
a.
Terbentuk endapan kuning. . Reaksi ini dapat balik, jika kosentrasi asam kuat dalam larutan diatas 0,5 M, pengendapan akan tidak sempurna. Asam pekat melarutkan endapan oleh sebab yang sama. Endapan tak larut dalam kalium sianida.

b.
Terbentuk endapan putih. Endapan tidak larut dalam reagen berlebih, warna dan komposisinya tetap tidak berubah bila di didihkan. Asam encer melarutkan endapan.
c.
Terbentuk endapan putih. Endapan dapat larut dalam asam dan dengan reagensia berlebih endapan dapat larut.
7.
a.
Terbentuk endapan kuning. Larutan harus sangan bersifat asam. Jika tidak hanya terlihat larutan berwarna kuning. Endapan tidak larut dalam HCl pekat, tetapi ;arut dalam asam nitrat pekat.
b.
Terbentuk endapan kuning. Endapan dapat larut dalam asam nitrat maupun amonia.
c.
Terbentuk endapan hijau. Endapan dapat larut dalam asam dan juga dalam larutan amonia dengan membentuk endapan biru.
d.
Terbentuk endapan hitam setelah dipanaskan dan meletakkan kertas saring yang dibasahi di atas mulut tabung.
8.
a.
Terbentuk endapan hitam
b.
Terbentuk endapan biru
c.
Terbentuk endapan biru muda
d.
Terbentuk endapan hijau kotor kemudian menjadi coklat.
9.
a.
Terbentuk endapan hitam
b.
Dihasilkan endapan coklat, oleh pembentukan kompleks yang tak terdisosiasi. Dengan menambahkan hidrogen perioksida atau sedikit larutan timah (II) klorida, bagian heksasiano Ferat (III) dari senyawa ini direduksi dan di endapkanlah biru prusia.
c.
Dihasilkan endapan biru. Endapan tidak larut dalam asam encer, tetapi dapat terurai dalam HCl pekat. Reagen yang berlebihan melarutkan sebagian atau seluruh endapan.
d.
Dihasilkan larutan merah darah yang disebabkan karena pembentukan suatu kompleks besi (III) tiosianat yang tidak berdisosiasi. Molekul yang tak bermuatan ini dapat diekstraksi oleh efer atau amil alkohol.
e.
Diperoleh warna coklat merah yang disebabkan oleh pembentukan ion kompleks.
10.
a.
Dihailkan endapan putih
b.
Dihasilkan endapan merah dalam larutan amoniakal, yang cukup stabil terhadap asam asetat encer.
11.
a.
Endapan abu-abu kehijauan
b.
Dihasilkan warna hijau. Dalam larutan asam mineral encer, difenilkarbazid menghasilkan warna lembayung yang merupakan uji khas terhadap kromium.
c.
Dihasilkan endapan hijau. Endapan larut dalam asam-asam mineral, tetapi tidak larut dalam asam asetat encer dingin.
d.
Dihasilkan endapan hijau abu-abu.
12.
a.
Dihasilkan endapan hitam nikel sulfida dari larutan atau sedikit basa. Jika reagen berlebih terbentuk larutan koloid coklat tua.
b.
Dihasilka endapan merah nikel dimetilglioksim dari larutan yang tepat basa dengan amonia atau larutan asam yang dibufferkan dengan natrium asetat.
c.
Dihasilkan endapan hijau. Endapan tidak larut dalam reagen berlebih. Amonia dapat melarutkan endapan.
13.
a.
Terbentuk endapan merah daging
b.
Dihasilkan endapan putih. Endapan tidak larut dalam reagen berlebih. Endapan dengan cepat teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat.
c.
Dihasilkan endapan putih. Endapan larut dalam garam 3 amonium. Endapan dengan cepat teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat.

d.
Terbentuk endapan coklat merah melayang.
14.
a.
Dihasilkan endapan putih zink sulfida dari larutan netral atau basa. Endapan tidak larut dalam reagensi berlebih, dalam asam asetat dan dalam larutan basa alkali, tetapi larut dalam asam-asam mineral encer.
b.
Campuran menjadi bening
c.
Terbentuk endapan putih, yaitu zink hidroksida. Endapan akan larut dalam asam dan juga dalam reagensia berlebih.
d.
Terbentuk endapan putih yang mudah larut dalam reagensia berlebih dan dalam larutan garam amonium, karena menghasilkan tetraamina zinkat (II).
e.
Terbentuk endapan putih, endapan larut dalam larutan NaOH

15.
a.
Terbentuk endapan putih
b.
Terbentuk endapan putih yang dapat larut dalam asam asetat dan dalam asam mineral encer
c.
Terbentuk endapan putih yang hanya sedikit larut dalam air, tetapi dilarutkan dengan mudah oleh asam asetat encer dan oleh asam mineral.


d.
Terbentuk endapan putih yang berbutir halus, berat dan tidak larut dalam aquaregia dan dapat larut dalam asam sulfat pekat mendidih.
e.
Tidak terjadi endapan
f.
Terbentuk endapan kuning. Endapan tidak larut dalam asam asetat encer tetapi dapat larut dalam asam mineral.

16.
a.
Tidak terjadi endapan
b.
Terbentuk endapan putih, endapan dapat larut dalam air yang mengandung asam karbonat berlebih karena pembentukan kalsium hidrogen karbonat yang larut.
c.
Menghasilkan endapan putih. Pengendapan dipermudah dengan menjadikan larutan bersifat basa dengan amonia.
d.
Menghasilkan endapan putih, endapan dapat larut dalam asam sulfat pekat dan dalam aqua regia.
e.
Menghasilkan endapan putih. Dengan adanya amonium klorida, uji ini akan lebih peka. Dalam hal ini kalium digantikan oleh ion-ion amonium dalam endapan. Uji ini dapat dipakai untuk membedakan kalsium dari strontium.

f.
Warna kuning dan tidak terjadi endapan
17.
a.
Terjadi nedapan putih melayang-layang
b. Reaksi nyala → merah karmyn SrCl2 dikeringkan dengan cara dibakar kemudian ditambah dengan dan metanol kemudian dinyalakan dengan korek api akan timbul merah karmyn.
c.
Terdapat endapan putih. Endapan tak larut dalam larutan amonium sulfat bahkan dengan mendidihkan dan larut sedikit dalam asam klorida mendidih.

d.
Terdapat endapan putih strentium oxalat. . Endapan hanya sedikit larut dalam air dan endapan larut dalam asam-asam mineral.
e.
Tidak terjadi endapan
f.
Tidak terjadi endapan
18.
a.
Terdapat endapan putih
b.
Menghasilkan endapan merah. Titan yellow adalah zat pewarna kuning yang larut dalam air. Ia diabsabsi oleh magnesium hidroksida, meghasilkan warna atau endapan merah tua.
c. Reaksi nyala → merah karmyn. dibakar sampai kering kemudian ditambah dan metanol kemudian dinyalakan dengan korek api akan timbul nyala merah karmyn.
d.
Terdapat endapan putih, jika ada serta amonium klorida dan larutan amonia.
e.
Terdapat endapan putuh melayang yang tidak larut dalam reagensia berlebih, tetapi mudah larut dalam garam-garam amonium.

f.
Terdapat endapan parsial yang putih dan seperti gelatin.

Endapan sedikit dalam air dan mudah larut dalam garam-garam amonium.
g.
Terdapat endapan putih, bervolume besar, yaitu karbonat basa yang tak larut dalam larutan basa tetapi mudah larut dalam asam dan larutan garam amonium.
19.
a. Reaksi nyala → ungu
KCl dibakar sampai kering kemudian ditambah dengan dan metanol. Kemudian dinyalakan dengan korek api akan timbul nyala ungu.
b. KCl + asam tartrat →
Terdapat endapan putih.

Jika asam tartrat yang dipakai, larutan harus dibufferkan dengan natrium asetat. Karena asam kuat yang terbentuk dalam reaksi diatas melarutkan endapan. Basa-basa (alkali) kuat juga melarutkan endapan.
c. KCl + asam pikrat →
Terbentuk endapan mikroskopis seperti sapu
20.
a. Reaksi nyala → kuning
b. NaCl dikeringkan dengan dibakar kemudian ditambah dengan dan metanol, lalu dinyalakan dengan korek api akan timbul nyala kuning. Warna kuning timbul oleh uap garam natrium. Warna ini tak terlihat bila dipandang melalui 2 lapisan lempeng kaca kobalt yang biru. Garam natrium dalam jumlah yang sedikit memberi hasil positif pada uji ini dan hanya warna yang kuat dan bertahan lama yang menunjukkan bahwa natrium terdapat dalam jumlah yang berarti.
21.
a.
Terdapat endapan coklat yang dihasilkan sesuai dengan jumlah amonia atau ion amonium. Endapan adalah merkurium (II) amidoiodida basa :

Rumus endapan coklat ditulis sebagai dan sebagai .
b.
Akan timbul gas ketika dipanaskan yang dapat dibuktikan dengan :
a) Berbau spesifik (amoniak)
b) Mengubah kertas lakmusmerah jadi biru
c) Ketika batang pengaduk yang dibasahi dengan HCl dan diletakkan di atas mulut tabung timbul kabut putih pada batang pengaduk.










KESIMPULAN
1. Analisis kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
2. Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya :
a) Kation golongan I terdiri atas tiga ionlogam yang garam kloridanya tidak larut dalam larutan asam.
b) Kation golongan II merupakan endapan yang dihasilkan dari penambahan hidrogen sulfida dalam suasana asam encer kedalam larutan sampel kation ini dapat bereaksi dengan asam klorida.
c) Kation golongan III tidak dapat bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
d) Kation golongan IV tidak dapat bereaksi dengan golongan I, II, III. Tapi membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida.
e) Kation golongan V tidak dapat bereaksi dengan reagensia golongan sebelumnya. Kation ini memiliki derajat kelarutan yang sangat tinggi sehingga kadang-kadang disebut sebagai golongan larut.
3. Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu uji kering (reaksi nyala dengan kawat nikrom, reaksinya nyala beilstein, reaksi nyala untuk borat) dan reaksi basah.



DAFTAR PUSTAKA

- Munzil, S.Pd, M.Si. 2004. Kimia Analitik I. Malang: Jica
- Vogel. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan semi Mikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. 1990
- http://kimiaanalitik.bukupanduan.com/2009/09/08

METODE ANALISIS KUALITATIF (anion)

METODE ANALISIS KUALITATIF


Pendahuluan

Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau struktur bahan kimia, cukup banyak jenisnya, sesuai dengan jenis bahan kimia yang terdapat dalam sampel. Analisis kualitatif untuk bahan organik biasanya menjadi bagian kimia organik sehingga tidak dimasukkan dalam bagian kimia analitik. Bahan kimia dalam sampel anorganik juga cukup banyak ragamnya sesuai dengan struktur dari bahan tersebut. Bahan kimia anorganik molekuler berbeda cara penetapannya dengan bahan kimia anorganik ionik.
Analisis kualitatif kation dan anion secara sistematis telah berkembang cukup lama. Berkat kajian yang dilakukan oleh Karl Remeegius Fresenius sejak tahun 1840, yang kemudian diterbitkan sebagai buku pada tahun 1897. langkah-langkah analisis kation dan anion dapat dilakukan secara sistematis melalui diagram alir, yang sampai saat ini menjadi standar untuk kajian analisis kualitatif bahan organik.
Analisis anion lebih sederhana dibandingkan analisis kation, tetapi analisis kualitatif anion memerlukan ketelitian dalam melakukan observasi dari gejala-gejala yang timbul. Dalam setiap kegiatan analisis kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang penting. Warna adalah penting , karena beberapa ion anorganik dapat diketahui dari warnanya yang spesifik.
Analisis kation dan anion sering kali dapat dibantu oleh diagram alir, yang menggambarkan langkah-langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis anion dan kation. Diagram alir untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan diagram alir analisis anion. Dalam diagram alir analisis kualitatif anion dan kation dimulai dari ion yang ditanyakan, pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi eksperimen dan rumus kimia produk yang dihasilkan. Dalam kerja laboratorium yang berkaitan dengan analisis ion sangat penting mengikuti urutan dari langkah-langkah analisis yang telah ditetapkan dalam diagram alir.
(Ibnu,M.Sodiq dkk.Kimia Analitik I, Malang:JICA,2002 hlm:34-35)

REAKSI IDENTIFIKASI ANION

I. Tujuan
 Praktikan mampu melakukan analisis kualitatif dengan cara mengidentifikasi adanya anion dalam suatu sampel.
 Analisa kualitatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis serta mendeteksi keberadaan unsur kimia dalam suatu sample atau cuplikan yang tidak diketahui.
 Mempelajari karakteristik anion dalam larutan tertentu.
 Mengidentifikasi dan mendeteksi jenis anion pada sample tertentu.

II. DASAR TEORI
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki sifat-sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi dapat dilakukan dalam fasa padatan, tetapi untuk memperoleh validitas pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan.
Beberapa anion tidak stabil dalam larutan asam, atau bereaksi satu sama lain dalam suasana asam. Bila terjadi keaadaan asam, maka analisis anion harus dilakukan dalam asuasana basa.
Analisis anion yang sering dilakukan meliputi 11 anion yang paling umum yaitu:
1. anion sulfida (S2-)
2. sulfit (SO32-)
3. karbonat (CO32-)
4. nitrit (NO22-)
5. iodida (I-)
6. bromida (Br-)
7. klorida (Cl-)
8. fosfat (PO43-)
9. kromat (CrO42-)
10. nitrat (NO3-)
11.Sulfat (SO42-)
Analisis kualitatif sebagian besar didasarkan pada kesetimbangan untuk memisahkan dan mengidentifikasi ion yang sejenis. Kesetimbanagn yang sering digunakan dalam analisis anion yaitu kesetimbangan asam basa,kesetimbangan heterogen, kesetimbangan redoks dan kesetimbangan ion kompleks.

III. ALAT DAN BAHAN

3.1. ALAT-ALAT
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Penjepit tabung
 Batang pengaduk
 Cawan porselen
 Pembakar spirtus
 Korek api
 Pipet tetes

3.2. BAHAN-BAHAN
Na2CO3 Na2S Klorofom
AgNO3 MnCl2 Aquades
HNO3 Cd Asetat HgCl2
NH3 NaNO2 KCNS
HCl encer FeSO4 FeCl3
BaCl2 KI CuSO4
MgSO4 H2NO2 Ba4O72-
Barium hidroksida Amylum Na Borax
NaHSO3 FeSO4 jenuh BaCl2
KCr2O7 Serbuk Zn Na Fosfat
H2SO4 NaOH Ammonium Mobibdat
KMnO4 Mg Mixture Kertas lakmus merah
I2 HCl K2CrO4
Pb(NO3)2 NaCl H2O2
NaS2O3 COONa Kertas lakmus Biru
FeCl3 KBr2 Alkohol
Na2SO4 Fluorescein KOH Pekat
NaNO2 H2C2O4
IV. DATA PENGAMATAN

1. Karbonat
a. Na2CO3 + AgNO3 menghasilkan endapan putih.(terbukti)
b. NaCO3 + HCl encer akan menghasilkan gas encer ketika batang pengaduk dibasahi dengan Barium Hidroksida diatas mulut tabung pada batang pengaduk terdapat endapan putih.(terbukti)
c. Larutan Na2CO3 + MgSO4 akan menghasilkan endapan putih. (terbukti)
d. Larutan Na2CO3 + BaCl2 akan menghasilkan endapan putih. (terbukti)
2. Bikarbonat
a. NaHSO4 + AgNO3 menghasilkan endapan putih.(terbukti)
b. NaHSO4 + HCl menghasilkan gas CO2 ketika batang pengaduk dibasahi dengan Barium hidroksida didekatkan diatas mulut tabung pada batang pengaduk terdapat endapan putih. (Terbukti)
c. NaHSO4 + MgSO4 tidak menghasilkan endapan putih.(terbukti)
d. NaHSO4 + BaCl2 menghasilkan endapan putih.(terbukti)
3. Sulfit
a. Na2SO3 + AgNO3 menghasilkan endapan putih. (terbukti)
b. Na2SO3 + HCl encer menghasilkan gas CO2.(terbukti)
c. KMnO4 + H2SO4 + Na2SO3 maka warna ungu dilunturkan. (terbentuk)
d. K2Cr2O7 + H2SO4 encer + Na2SO3 maka terbentuk warna hijau. (terbukti)
e. I2 + H2SO4 + Na2SO3 maka warna coklat dilunturkan.(terbukti)
f. Na2SO3 + Pb(NO3)2 terbentuk endapan putih.(terbukti)
g. Na2SO3 + BaCl2 terjadi endapan putih.(terbukti)
4. Thiosulfat
a. NaS2O3 + AgNO3 terbentuk endapan endapan putih kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan dan terakhir coklat.(terbukti)
b. NaS2O3 + HCl encer menghasilkan gas SO2.(terbukti)
c. NaS2O3 + FeCl3 menghasilkan warna kuning muda.(terbukti)
d. I2 + NaS2O3 maka warna coklat dilunturkan.(terbukti)
e. NaS2O3 + Cd Asetat menghasilkan endapan putih.(terbukti)
5. Sulfat
a. Na2SO4 + AgNO3 tidak terbentuk endapan.(terbukti)
b. Na2SO4 + BaCl2 terbentuk endapan putih.(terbukti)
6. Sulfida
a. Na2S + AgNO3 tidak terbentuk endapan putih.(terbukti)
b. Na2S + HCl encer maka terbentuk gas.(terbukti)
c. Na2S + Pb(NO3)2 maka terbentuk endapan hitam.(terbukti)
d. Na2S + MnCl2 menghasilkan endapan merah jambu.(terbukti)
e. Na2S + Cd Asetat terbentuk endapan putih.(tidak terbukti)
7. Nitrit
a. NaNO2 + AgNO3 terbentuk endapan putih.(terbukti)
b. FeSO4 + H2SO4 encer + NaNO2 terbentuk cincin coklat diantara dua larutan tersebut.(terbukti)
c. KMnO4 + H2SO4 + NaNO2 maka warna ungu dilunturkan. (terbukti)
d. KI + H2NO2 + H2SO4 encer menghasilkan gas I2.(terbukti)
8. Nitrat
a. NaNO3 + AgNO3 tidak terbentuk endapan.(terbukti)
b. NaNO3 + FeSO4 jenuh + H2SO4 terbentuk cincin coklat.(terbukti)
c. NaNO3 + Serbuk Zn + NaOH + dipanaskan menghasilkan gas NH3-.(terbukti)
9. Klorida
a. NaCl + AgNO3 menghasilkan endapan putih.(terbukti)
b. NaCl + H2SO4 pekat + dipanaskan menghasilkan gas.(terbukti)
c. NaCl + Pb(NO3)2 tidak terjadi endapan.(tidak terbukti)
10. Bromida
a. KBr2 + AgNO3 terbentuk endapan kuning muda.(terbukti)
b. KBr2 + HNO3 pekat + dipanaskan menghasilkan uap warna coklat merah.(terbukti)
11. Iodida
a. KI + AgNO3 terbentuk endapan kuning.(terbukti)
b. KI + H2SO4 menghasilkan uap warna ungu.(terbukti)
c. KI + Pb(NO3)2 terbentuk endapan kuning.(terbukti)
d. KI + AgCl2 terbentuk endapan merah jingga.(terbukti)
12. Rodanida/tiosianat (CNS-)
a. KCNS + AgNO3 terbentuk endapan putih.(terbukti)
b. KCNS + FeCl3 menghasilkan larutan berwarna merah darah. (terbukti)
c. KCNS + CuSO4 menghasilkan larutan berwarna hijau.(terbukti)
13. Borat
a. B4O72- + AgNO3 terbentuk endapan putih.(terbukti)
b. Na tetraborat dikeringkan dalam cawan porselen + H2SO4 pekat + metanol + dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. (terbukti)
c. B4O72- + BaCl2 terbentuk endapan putih.(terbukti)
14. Fosfat
a. Na fosfat + AgNO3 terbentuk endapan kuning.(terbukti)
b. Na fosfat + amonium mobibdat + HNO2 + dipanaskan tidak terbentuk endapan kuning.(terbukti)
c. Na fosfat + Mg mixtur terbentuk endapan putih.(terbukti)
15. Kromat
a. K2CrO4 + AgNO3 terbentuk endapan merah coklat.(terbukti)
b. K2CrO4 + Pb(NO3)2 terbebtuk endapan kuning.(terbukti)
c. K2CrO4 + BaCl2 terbentuk endapan kuning.(terbukti)
d. K2CrO4 + H2SO4 encer + H2O2 menghasilkan larutan berwarana biru tua,kemudian timbul gas dan larutan berubah menjadi hijau. (terbukti)
e. K2CrO4 + HCl encer menghasilkan larutan berwarna orange. (terbukti)
f. K2CrO4 + NaOH encer meghasilkan larutan berwarna kuning. (terbukti)
16. Dikromat
a. K2Cr2O7 + AgNO3 terbentuk endapan berwarna merah coklat. (terbukti)
b. K2Cr2O7 + Pb(NO3)2 terbentuk endapan kuning.(terbukti)
c. K2Cr2O7 + BaCl2 terbentuk endapan kuning.(terbukti)
d. K2Cr2O7 + H2SO4 menghasilkan larutan biru tua kemudian timbul gas dan larutan berubah menjadi hijau.(terbukti)
e. K2Cr2O7 + HCl encer menghasilkan larutan berwarna orange. (terbukti)
f. K2Cr2O7 + NaOH encer menghasilkan larutan berwarna kuning. (terbukti)
17. Asetat
a. Na Asetat + alkohol + H2SO4 pekat + dipanaskan menghasilkan bau harum dari asetat.(terbukti)
b. Na Asetat + FeCl3 menghasilkan larutan berwarna coklat.(terbukti)
18. Permanganat
a. KMnO4 + AgNO3 tidak terjadi perubahan warna(warna tetap ungu. (terbukti)
b. KMnO4 + KOH pekat + dipanaskan menghasilkan larutan berwarna ungu + air dan diasamkan dengan asam sulfat encer →ungu. (terbukti)
c. KMnO4 + H2SO4 encer + H2O2 maka warna ungu dari KMnO4 dilunturkan.(terbukti)
d. KMnO4 + H2SO4 + NaNO2 maka warna ungu dari KMnO4 dilunturkan.(terbukti)
e. KMnO4 + H2SO4 + FeSO4 maka warna ungu dari KMnO4 dilunturkan.(terbukti)
f. KMnO4 + H2SO4 encer + H2C2O4 + dipanaskan maka warna ungu dari KMnO4 dilunturkan.(terbukti)

V. Pembahasan
1. karbonat (CO32-)
a) NaCO32- + AgNO3 → ↓ putih
Ketika ditambah dengan reagen berlebih endapan berubah menjadi kuning, karena terbentuknya perak oksida.
Ag2CO3 ↓ → Ag2O ↓ + CO2 ↑
Endapan larut dalam asam nitrat dan dalam amonia, dengan reaksi :
Ag2CO3 + 2H+ → 2Ag+ + ↓ CO2 + H2O
Ag2CO3 + 4NH3 → 2 (Ag(NH3)2) + CO32-
b) NaCO32- +HCl encer → gas CO2 (gas tidak berwarna dan tidak berbau)
c) NaCO32- + MgSO 4 → ↓ putih
Penambahan MgSO4 terhadap larutan CO32- menghasilkan pengendapan yaitu terbentuknya endapan putih MgSO4.
d) NaCO32- + BaCl → ↓ putih
CO32- + Ba2+ → ↓ BaCO3
2. Bikarbonat
a) NaHSO3 + AgNO3 →↓putih
b) NaHSO3+ HCl →gas CO2
Gas yang dihasilkan tidak berbau dan juga tidak berwarna, dan dapat dibuktikan dengan :
Batang pengaduk yang dibashi dengan barium hidroksida dan diletakkan diatas mulut tabung reaksi maka akan terbentuk endapan putih.
c) NaHSO3+ MgSO4 →tidak terjadi endapan putih.
Ini yang membedakannya dengan karbonat ketika direaksikan dengan magnium sulfat, pada karbonat maka akan menghasilkan endapan. Tetapi pada bikarbonat setelah dipanaskan baru membentuk endapan putih.
d) NaHCO3+ BaCl2→↓putih
3. Sulfit (SO32-)
a) NaSO32- + AgNO3 → ↓ putih
SO32- + Ag+ → (AgSO3)-
Dengan menambahkan reagensia lebih banyak maka akan terbentuk endapan kristalin, perak sulfit :
(AgSO)- + Ag+ → ↓ Ag2SO3
b) NaSO32- + HCl encer → gas SO2- (gas tidak berwarna dan berbau seperti belerang dibakar).
Gas SO2- dibuktikan dengan :
1. dari bau belerang terbakar
2. kertas saring yang berubah warna menjadi hijau, yang disebabkan oleh perubahan ion-ion kromium (III) yang dihasilkan bila sehelai kertas saring dibasahi dengan larutan KCr2O72- yang telah diasamkan, dengan cara diletakkan diatas mulut tabung reaksi.
3SO2 + Cr2O72- + 2H+ → 2Cr3+ + 3SO42- + H2O
c) KMnO4 + H2SO4 encer → larutan ungu + NaSO32- → warna ungu dilunturkan.
Warna ungu pada KMnO4 dilunturkan asam menjadi hilang disebabkan oleh reduksi menjadi ion-ion mangan (II) :
5SO32- + 2MnO4- + 6H+ → 2Mn2+ + 5SO42- + 3H2O
d) KCr2O72- + H2SO4 + NaSO32- → larutan ungu
larutan berubah menjadi hijau disebabkan oleh pembentukan ion-ion kromium (III) :
3SO32- + Cr2O72- +8H+ → 2Cr3+ + 3SO42- +4H2O
e) I2 + H2SO4 → larutan coklat → NaSO32- → warna coklat dilunturkan.
f) NaSO32- + Pb(NO2)3 → ↓ putih timbal sulfit.
SO32- + Pb2+ → ↓ PbSO3
g) NaSO32- + BaCl → ↓ putih barium sulfit
SO32- + Ba2+ → BaSO3 ↓
4. Thiosulfat(S2O32-)
a) NaSO3- + AgNO3 → ↓ putih berubah menjadi kuning-coklat-hitam.
S2O32- + 2Ag+ → ↓ Ag2S2O3
Mula-mula tidak terbentuk endapan, karena berbentuk komplek ditiosulfatoar gertat ( I ) yang larut :
2S2O32- + Ag+ → (Ag (SO2O3)2)2-
endapan ini tidak stabil, berubah menjadi gelap setelah didiamkan.
b) NaS2O3 + HCl encer → gas SO2
Dibuktikan dengan :
1. bau belerang dibakar
2. kertas saring yang dibasahi dengan larutan KCr2O72- dan H2SO4, maka kertas saring akan berubah warna dari warna orange menjadi hijau.
c) Na2S2O3 + FeCl3+ → larutan ungu
Warna ungu disebabkan karena terbentuknya suatu komplek ditiosulfato besi (III)
2S2O32- + Fe3+ → (Fe (S2O3)2)-
d) I2 + NaS2O3 → warna coklat dilunturkan
Hilangnya warna coklat karena terbentuknya ion titrationat yang tidak berwarna.
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
e) Na2S2O3 + Pb(NO2)3 → mula-mula tidak terjadi endapan putih, tetapi ketika reagensia berlebih terbentuk endapan putih PbS2O3.
S2O32- + Pb2+ → ↓ PbS2O3
Dengan mendidihkan suspensi, endapan akan berubah menjadi hitam (gelap) yaitu membentuk endapan hitam timbaksulfida :
↓ PbS2O3 + H2O → PbS ↓ + 2H+ + SO42-
5. Sulfat (SO42-)
a) NaSO4 + AgNO3 → tidak terbentuk endapan
b) NaSO4 + BaCl2 → ↓ putih
Adanya ion sulfat SO42- dapat diidentifikasi dengan penambahan larutan BaCl2 dalam suasana asam. Pada larutan sampel pembentukan endapan putih barium sulfat (BaSO4) menunjukkan adanya ion SO42- pada larutan sampel.
Ba2+ + SO42-(aq) → BaSO4(s).
6. Sulfida
a) Na2S2- + AgNO3 → ↓ hitam perak sulfida
Endapan tidak larut dalam asam nitrat encer dingin tetapi larut dalam asam nitrat panas.
S2- + 2Ag+ → Ag2S ↓
b) Na2S + HCl encer → Gas H2S,
yang bisa diidentifikasi dengan :
1. Bau yang spesifik
2. Menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan Pb (NO3)-.
S2- + 2H+ → Gas H2S
H2S + Pb2+ → ↓ PbS
c) Na2S + Pb (NO3)2 → ↓ hitam PbS
d) Na2S + MgCl → ↓ Merah jambu
e) Na2S + Cd asetat → ↓ kuning
7. Nitrit (NO2-)
Uji adanya ion nitrit didasrkan atas kemampuannya sebagai bahan pengoksidasi. Larutan uji harus dibuat sedikit bersuasana asam dengan menambahkan asam sulfat/asam asetat.
Nitrit bersifat oksidator dan reduktor.
a) NaNO2- + AgNO3 → ↓ putih
b) FeSO4 + H2SO4- + NaNO2- secara pelan-pelan melalui dinding tabung reaksi → cincin coklat pada pertemuan kedua larutan.
Terbentuknya cincin coklat menandakan bahwa didalam sampel terdapat ion nitrit.
c) KMnO4 + H2SO4 encer → larutan ungu + NaNO2- → warna ungu dilunturkan.
Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa NaNO2- berfungsi melunturkan warna ungu dari KMnO4 dan mengindikaiskan bahwa dalam sampel mengandung ion nitrit.
d) KMnO4 + H2SO4 encer → gas I2 (gas berwarna)
Timbulnya gas I2 dibuktikan dengan cara : Kertas saring dibasahi dengan larutan amylum, maka kertas saring akan berubah warnanya menjadi biru.
8. Nitrat (NO3-)
Uji identifikasi untuk nitrat (NO3-) hampir sama dengan uji identifikasi nitrit (NO2-), tetapi konsentrasi hidrogen atau keasamannya lebih tinggi. Jika NO2- bersifat oksidator dan reduktor maka NO3- hanya sebagai oksidator.
a) NaNO3- + AgNO3 →tidak terbentuk endapan
b) NaNO3- + FeSO4 + H2SO4 →cincin coklat
Ketika ditambahkan dengan H2SO4 secara pelan-pelan melalui dinding tabung reaksi, maka akan terbentuk cincin coklat diantara dua larutan.
Terbentuknya cincin coklat menunjukkan bahwa sampel mengandung ion NO3-.
c) NaCl + PbNO3 →↓putih
Ketika dipanaskan endapan akan larut, kemudian setelah mendidih akan terbentuk endapan berbentuk jarum.
9. Klorida (Cl-)
a) NaCl + AgNO3 →↓putih AgCl
Endapan larut dalam NH4OH encer tetapi tidak larut dalam HNO3 encer.
Cl- + Ag+ →↓AgCl
↓ AgCl + 2NH3 →(Ag (NH3)2)+ + Cl-
(Ag(NH3)2)+ + Cl- + 2H+ →↓AgCl + 2NH4+
b) NaCl + H2SO4 + dipanaskan →gas
Dapat dibuktikan dengan :
1. Kertas lakmus biru menjadi merah jika diletakkan diatas tabung reaksi.
2. Batang pengaduk yang dibasahi dengan amonia, maka akan terbentuk kabut putih pada batang.
c) NaCl + Pb(NO3) → Tidak terjadi endapan
Dalam percobaan ini tidak terjadi endapan putih disebabkan jumlah larutan yang dicampurkan tidak sama, dan ketika dipanaskan kemudian didihkan tidak terjadi endapan berbentuk jarum.
10. Bromida (Br-)
a) KBr + AgNO3 →↓kuning
Br- + Ag+ → ↓ AgBr
b) KBr + HNO3 pekat + dipanaskan →uap warna coklat merah.
Uap ini dapat dibuktikan dengan :
Kertas saring yang dibasahi dengan larutan fluorescein yang diletakkan diatas tabung maka akan berubah menjadi merah jingga.
Uji fluorescein brom bebas mengubah zat warna fluorescein ( I ) yang kuning menjadi eosin (II) atau tetra bromo fluorescein yang merah. Maka kertas saring yang dijenuhi dengan larutan fluorescein adalah resensia yang berharga untuk uap brom, karena kertas akan memperoleh warna merah.

11. Iodida (I-)
a) KI2 + AgNO3 →↓kuning
Yaitu perak iodida (AgI-), yang mudah larut dalam kalium sianida dan dalam larutan Natrium thiosulfat sangat sedikit larut dalam amonia pekat dan tidak larut dalam asam nitrat encer.
I- + Ag+ →AgI
↓ AgI + 2CN- →(Ag (CN)2)- + I-
↓ AgI + 2S2O32- →(Ag (S2O3)2)3- + I-
b) KI2 + H2SO4 →uap warna ungu
Dapat dibuktikan dengan :
1. ketika larutan + klorofom →lapisan kloroform berwarna ungu
2. kertas saring yang dibasahi dengan larutan amylum yang diletakkan diatas mulut tabung maka akan berubah warna menjadi biru.
c) KI2 + Pb(NO3) →↓kuning
Jika diencerkan dengan aquades endapan akan larut, kemudian jika didinginkan akan terbentuk endapan lagi yang berbentuk keping-keping emas seperti sisik ikan.
2I- + Pb2- →PbI2
d) KI2 + HgCl2 →↓merah jingga
2I- + HgCl2 →HgI2 ↓+ 2Cl-
Endapan akan larut dalam KI2 berlebih karena membentuk suatu kompleks tetraiodomarkurat (II)
↓HgI2 + 2I- → (HgI4)2
12. Rodanida/tiosianat (CNS-)
a) KCNS + AgNO3 → ↓ putih
Endapan larut dalam amonia dan tidak larut dalam HNO3 encer.
CNS- + Ag+ → AgCNS ↓
AgCNS ↓ + 2NH3 → (Ag (NH3)2)+ + CNS+
b) KCNS + feriklorida → larutan merah darah
yang ditimbulakan karena terbentuknya suatu kompleks.
3CNS- + Fe3+ ◄═► Fe (CNS)3
KCNS + CuSO4 → larutan hijau
Jika larutan CuSO4 berlebih maka terjadi endapan putih yang lama-lama menjadi hitam.
2CNS- +Cu2+ → Cu (CNS)2↓
2Cu(CNS)2 + SO2 +2H2O → 2CuCNS ↓ + 2CNS- + SO42- + 4H+


13. Borat (B4O72-)
a) NaB4O72- + AgNO3 →↓putih perak metaborat (AgNO3)
B4O72- + Ag+ →↓AgBO2
b) Reaksi nyala :
NaBO4O72- dikeringkan dalam cawan porselen + H2SO4 + metanol kemudian dibakar → api warna hijau. Nyala api hijau disebabkan oleh pembentukan metil borat (B (O CH3)3)
c) NaBO4O72- + BaCl →↓putih Barium metaborat (Ba (BO2)2).
Dari larutan-larutan yang cukup pekat, endapan akan larut dalam regensia berlebihan dalam asam-asam encer, dan dalam larutan garam-garam amonium.
Larutan kalsium dan sronsium klorida pun juga dapat melarutkan borax.
B4O72- + 2Ba2+ H2O →↓2Ba (BO2)2 + 2H+
14. Fosfat (PO43-)
a) NaPO4 + AgNO3 →↓kuning
HPO42- + 3Ag+ →Ag3PO4 ↓+ H+
Endapan larut dalam amonia dan asam nitrat encer.
↓Ag3PO4 + 2H+ →H2PO4- + 3Ag+
↓Ag3PO4 + 6NH3 →3 (Ag (NH3)2)+ + PO43-
b) Na fosfat + Ammonium molibdat + HNO3 dipanaskan →↓
Endapan kuning yang terbentuk adalah endapan ammonium fosfamolibdat yang mempunyai rumus (NH4)3 (PMO12 O4o)
c) Na fosfat + Mg mixture →↓putih
15. Kromat (CrO42-)
Adanya ion kromat (CrO42-) ditandai oleh warna kuning dari larutan dalam suasana basa atau orange dalam suasana asam.
a) K2CrO4 + AgNO3 →↓merah coklat
b) K2CrO4 + Pb (NO3)2 →↓kuning
c) K2CrO4 + BaCl →↓kuning
Adanya ion kromat dalam larutan diidentifikasi dengan endapan kuning dari barium kromat (BrCrO4) yang terbentuk apabila kedalam larutan sampel yang ada dalam suasana asam ditambahkan Ba (CH3COO)2
Ba2+ + CrO42- →BaCrO4(s)
d) K2Cr2O4 + H2SO4 + H2O →larutan biru tua
e) K2Cr2O4 + HCl encer →larutan berwarna orange
Ke dalam suasana asam adanya ion CrO42- ditandai oleh warna orange dari laruan.
f) K2Cr2O4 + NaOH encer →larutan tetap berwarna kuning
Warna kuning diperoleh dari K2Cr2O4, adanya warna kuning menunjukkan bahwa larutan berada dalam keadaan basa.
16. Dikromat (Cr2O72-)
Kromat logam biasanya adalah zat-zat padat berwarna yang menghasilkan larutan kuning bila dapat larut dalam air.
a) KCr2O72- + AgNO3 →↓merah coklat (AsCrO4)
Endapan larut dalam nitrat encer dan dalam ammonia, tetapi tidak larut dalam asam asetat.
CrO42- + 2Ag+ →Ag2CrO4 ↓
↓2 Ag2CrO4 + 2H+ →4Ag+ + Cr2O72- + H2O
As2 CrO4 ↓+ 4NH3 →2 (Ag (NH3)2)+ + CrO42-
b) KCrO72- + Pb (NO3)2 →↓kuning PbCrO4
CrO42- + Pb2+ →PbCrO4↓
c) K2Cr2O72- + BaCl2 →↓kuning barium kromat
Endapan tidak larut dalam air maupun asam asetat, tetapi larut dalam asam mineral encer.
CrO42- + Ba2+ →BaCrO4 ↓
d) KCr2O72- + H2SO4 + hidrogen peroksida →larutan biru tua →timbul gas →larutan berwarna hijau
Jika larutan asam suatu kromat diolah dengan hidrogen peroksida, maka akan didapat larutan kromium peroksida yang berwarna biru tua. Larutan biru ini sangat tidak stabil dan segera terurai menghasilkan oksigen dan larutan garam kromium (III) yang berwarna hijau.
e) KCr2O72- + HCl encer →larutan berwarna orange
f) KCr2O72- + NaOH →larutan berwarna kuning
17. Asetat
a) Na asetat + alkohol + H2SO4 pekat + dipanaskan →bau harum yang muncul dari etil asetat
b) Na asetat + FeCl3 →larutan coklat merah
Warna coklat merah disebabkan oleh pembentukan ion kompleks (Fe3 (OH)2 ((CH3COO)6)+
18. Permanganat
a) KMnO4 + AgNO3 →tidak terjadi perubahan (warna tetap ungu).
Pada reaksi ini tidak terjadi peubahan apapun dan setelah diberikan reagen berlebih pun tetap tidak ada perubahan apapun.
b) KMnO4 + KOH pekat + dipanaskan → hijau
ketika ditambah dengan air dan diasamkan dengan H2SO4 encer maka warna larutan akan berubah menjadi ungu.
c) KMnO4 + H2SO4 encer + H2O2 → maka warna ungu dari KMnO4 akan dilunturkan.
d) KMnO4 + NaNO2 →mka warn ungu dilunturkan.
e) KMnO4 + H2SO4 + FeSO4 → maka warna ungu dilunturkan.
f) KMnO4 + H2SO4 encer + H2C2O4 + dipanaskan → maka warna ungu dari KMnO4 dilunturkan.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulakna bahwa proses-proses yang dipakai dalam reaksi identifikasi anion yaitu :
1. Proses yang melibatkan identifikasi produk-produk padapengolahan dengan asam-asam meliputi :
a. Gas-gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer.
b. Gas atau uap dilepaska dengan asam sulfat pekat.
2. Proses-proses yang bergantung pada reaktan-reaktan dalam larutan meliputi :
a. Reaksi pengendapan.
b. Reaksi oksidasi dan reduksi larutan.





Daftar Pustaka


Hidayati,Ana,Dra,M.Si.2005.Petunjuk Praktikum Dasar kimia Analitik.Semarang.
Ibnu,M.Sodiq dkk.2004. Kimia Analitik I. Malang : JICA
Vogel.1989.Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan semi makro. Jakarta : PT.Kalman Media Pustaka.

STANDARISASI LARUTAN Na2EDTA

I. TUJUAN
- Praktikan dapat mengetahui pembentukan senyawa kompleks.
- Praktikan dapat menentukan kosentrasi ion 109 am Zn2+.

II. DASAR TEORI
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi pembentukan persenyawaan ion kompleks atau garam yang sukar mengion atau pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Jenis titrasi ini merupakan jenis tritasi dimana titran dan tritat saling mengkompleks. Syarat terbentuknya kompleks yaitu tingkat kelarutan yang tinggi.

STANDARISASI LARUTAN HCl

STANDARISASI LARUTAN HCl

TUJUAN
Melakukan pembakuan (standarisasi) larutan asam dan basa. Dalam hal ini HCl dan

DASAR TEORI
Metode tetrimetri yang dikenal juga sebagai metode volumetri, merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stakiometri reaksi kimia. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjai reaksi kimia antara komponen analit dengan titran dinyatakan dengan persamaan umum:

“a” adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan “t” mol titran (T) atau “a” dan “t” menggambarkan koefisien reaksi dalam persamaan reaksi setararnya. Analit adalah komponen dari larutan sampel yang hendak diterapkan kuantitasnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya.
Jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu, asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Salah satu metode tersebut adalah asidi-alkalimetri.
Asidimetri adalah pengukuran kosentrai asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran kosentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses pengukuran volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan yang lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekuivalen pereaksi-pereksi sama. Disamping praktiknya titik ekuivalen sulit diamati karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes zat penetrasi (titran akan menyebabkan perubahan warna indikator). Kedua cara tersebut termasuk analisis titrimetri atau volumetri selama bertahun-tahun. Istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titimetri.
Akan tetapi, titimetri lebih baik karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Reaksi-reraksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titimetri asam basa adalah sebagai berikut:
 Jika HA merupakan asam akan ditentukan dan BOH sebagai basa, maka reaksinya adalah
 Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagai asam, maka reaksinya adalah
Dari kedua reaksi diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan , yakni dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-reaksi antara asam kuat dengan basa kuat. Asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat serta asam lemah dan basa lemah, tapi dalam percobaan ini menggunakan asam kuat dan basa lemah.
Dalam titrasi asam basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen ditentukan oelh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi. Dalam titrasi asam basa perubahan PH sangat kecil sehingga hampir tercapai titik ekuivalen. Pada saat tercapai titik ekuivalen penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan PH yang sangat besar. Perubahan PH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator, yaitu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya dalam rentang PH tertentu.
Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekuivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekuivalen (grek) basa.
Dikethui: grek (gram ekuivalen) = Volume (V) X Normalitas (N), maka pada titik ekuivalen = V asam x N asam = V basa x N basa atau V1.N1 = V2. N2. untuk asam berbasa satu dan basa berbasa satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1M = 1N

ALAT DAN BAHAN
• Alat
- Buret
- Statif
- Erlenmeyer
- Pipet volum
- Pipet tetes
- Corong
- Gelas beker
• Bahan
- Larutan HCl 0,01
- Larutan baku primer
- Indikator MR











CARA KERJA
- Standarisasi HCl dengan larutan





Tambah indikator MR
Titrasi dengan HCl
Hentikan jika terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi merah konstan
Catat volume HCl yang diperlukan



DATA PENGAMATAN
- Standarisasi Lruitan HCl
Tritrasi ke
V HCl
1
2
3
4
5
6 10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL
10 mL 12,00 mL
11,50 mL
12,00 mL
12,00 mL
11,50 mL
12,30 mL
Rata-rata 10 mL 11,88 mL






Kosentrasi HCl



PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini kita melakukan standarisasi HCl agar kita dapat menentukan kosentrasi dari larutan HCl. Standarisasi ini dilakukan dengan cara memasukkan 10 mL larutan baku primer kedalam erlenmeyer, kemudian larutan yang distandarisasi dimasukkan kedalam buret yaitu larutan HCl. Setelah larutan baku primer yang di dalam erlenmeyer ditambahkan dengan 3 tetes indikator MR yang kemudian ditritasi dengan larutan HCl. Pada saat melakukan titrasi tangan kanan memegang erlenmeyer dan mengoyang-goyangkan. Sedangkan tangan kiri memegang kran buret dan sedikit membukanya agar HCl dapat mengalir sedikit demi sedikit. Setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah konstan meka titrasi harus dihentikan karena sudah mencapai titik akhir titrasi.
Pengaruh indikator MR adalam membantu dalam pembentukan warna dalam percobaan titrasi atau sebagai indikator visual yang menandakan terjadinya reaksi sempurna yaitu ketika warna larutan yang semula kuning (sudah ditambahkan dengan indikator MR) menjadi merah konstan. Dalam percobaan ini juga dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa yaitu asam klorida (HCl) dengan . Sehingga reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Pada percobaan ini kita menggunakan metode titrasi yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Dalam percobaan ini kita dapat mengetahui kosentrasi HCl yaitu dengan cara V1.N1 = V2.N2, dimana V1 dan N1 adalah volume dan konsentrasi asam. Sedangkan V2 dan N2 adalah volume dan kosentrasi basa.


KESIMPULAN

- Standarisasi larutan bertujuan untuk menentukan kosentrasi dari larutan standar
- Indikator MR sangat berpengaruh dalam pembentukan warna dalam suatu titrasi
- Reaksi sempurna terjadi ketika terjadi perubahan warna larutan dari kuning menjadi merah konstan.


DAFTAR PUSTAKA
- Munzil, S.Pd, M.Si. dkk. 2004. Kimia Analitik I. Jogjakarta: Jica
- Kimia Analisa.web.id/tag/titrasi HCl
- http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7

STANDARISASI LARUTAN I2

. STANDARISASI LARUTAN I2


I. TUJUAN
- Praktikan mampu menentukan kadar I2
- Prktikum mampu melakukan standarisasi larutan I2 dengan Na2 S2 O2 berdasarkan metode iodimetri.

II. DASAR TEORI
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai preaksi oksidasi (idiometri) dan ion iodide digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Iodometri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodine atau dengan penambahan larutan baku primer KlO3.
Relatif beberapa zat merupakan preaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Masa jumlah penentuan iodimetrik adalah sediki. Akan tetapi banyak preaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodide, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada preaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dengan tiosulfat berlangsung secara sempurna. (Underwood, 1986).
Dalam titrasi langsung iod (iodimetri); larutan baku yang digunakan yaitu I2 dalam reaksi redoks harus ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron) maka harus ada sesuatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron) maka harus ada sesuatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupunreduktor saja. Dalam metode analisis ini analat dioksidasikan oleh I2 sehingga I2 terdeteksi menjadi ion: A (reduktor) + I2 – A (teroksidasi ) + 2I-
III. ALAT DAN BAHAN

• Alat-alat
- Buret
- Erlenmeyer 250,00 ml
- Gelas beker
- Labu ukur
- Pipet volume 10,00 ml
- Pipet tetes
- Corong gelas
- Statif

• Bahan-bahan
- KlO3 0,0100N
- Larutan Na2 S2O3 0,01N
- Larutan I2
- Indikator Amylum 1%







IV. CARA KERJA





→ Tambah dengan 3 tetes indikator Amylum 1%
→ Titrasi dengan brutan I2 yang ada di dalam buret
→ Hentikan titrasi saat terbentuk warna biru


→ Catat volume larutan I2
→ Ulang titrasi sampai 6 x






V. DATA PENGAMATAN


Titrasi ke- V Na2 S2 O3 V I2
1 10,00 ml 07,350 ml
2 10,00 ml 07,500 ml
3 10,00 ml 07,200 ml
4 10,00 ml 07,500 ml
5 10,00 ml 07,350 ml
6 10,00 ml 07,800 ml
Rata-rata 10,00 ml 07,450 ml


Perhitungan:
N1 V1 = N2 V2
N I1 =
=
= 0,0110 N

VI. PEMBAHASAN
Ada dua cara analysis menggunakan senyawa iodium yaitu titrasi iodimetri atau dengan iodimetri dimana iodium terlebih dahulu dioksidasi oleh oksidator. Pada standarisasi larutan I2 kali ini larutan Na2 S2 O3 ditrasi dengan larutan I2. sehingga reaksinya adalah sebagai berikut:
Na2 S2 O3 + I2  2 NaI + Na2 S4 O6
Dengan peralatan titrasi larutan I2 dimasukkan ke dalam buret, sedangkan larutan Na2 S2 O3 10 ml 0,0082 N dimasukkan ke dalam elenmeyer dan ditambahkan dengan indikator Amylum 1%. Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator Amylum 1%.
Kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan I2 sempat terbentuk warna biru. Bertemunya I2 dengan Amylum akan menyebabkan larutan berubah warna dari bening menjadi biru.
Perubahan warna biru merupakan tanda bahwa sejumlah larutan I2 tepat menetralkan larutan Na2 S2 O3.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diketahui:
• Menjelang akhir titrasi permukaan larutan I2 dalam buret berada pada posisi 0 ml.
• Pada akhir titrasi pertama posisi I2 berada pada permukaan 07,35 ml.
• Pada akhir titrasi kedua posisi I2 berada pada permukaan 07,50 ml.
• Pada akhir titrasi ketiga posisi I2 berada pada permukaan 07,20 ml.
• Pada akhir titrasi keempat posisi I2 berada pada permukaan 07,20 ml.
• Pada akhir titrasi kelima posisi I2 berada pada permukaan 07,50 ml.
• Pada akhir titrasi keenam posisi I2 berada pada permukaan 07,80 ml.
Jadi rata-rata volume I2 adalah: 07,45 ml
Di dapatkan konsentrasi I2 yaitu : 0,0110 N

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan, perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan:
1. Ada 2 cara analysis menggunakan senyawa iodium yaitu: titrasi iodimetri dengan iodometri
2. Dalam titrasi langsung iod (iodometri0, larutan baku yang digunakan yaitu I2.
3. Indikator yang dipakai adalah amylum karena amylum sangat peka terhadap iodium dan terbentuk kompleks amylum berwarna biru cerah.
4. Jumlah rata-rata volume I2 diketahui sebanyak 21,44 ml dan konsentrasi larutan I2 sebesar 0,00383 N.



VIII. DAFTAR KEPUSTAKAAN

Basset, J etc. 1994, Buku Ajar Vagel Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Khopkar, SM. 1990, Konsep pasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta
Rivai, Harrizul, 1995. Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta
Underwoo, Al, 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, erlangga, Jakarta.

STANDARISASI LARUTAN BAKU KMnO4

STANDARISASI LARUTAN BAKU KMnO4

I. Tujuan
Praktikum atau percobaan ini dilakukan supaya kita dapat mengetahui konsentrasi larutan KMnO4 dari larutan baku primer H2C2O4.

II. Dasar Teori
Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangaan oksida. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah , netral dan basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau ( rivai, 1995 ).
Kalium permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen(III) oksida standar-standar primer.
Pereaksi kalium permanganat bukan pereaksi baku primer. Sangat sukar untuk mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas dari mangan dioksida . kalium permanganat merupakan zat pangoksida kuat yang berlainan menurut pH medium, kalium permanganat merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganat.
Pembakuan larutan KMnO4 ini dapat dilakukan dengan titrasi permanganometri secara langsung,biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida. Kalium permanganat merupakan zat pengoksida yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indicator, karena mampu bertindak sebagai indicator oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terlatak pada : larutan pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan resipiitat coklat yang seharusnya adalah larutan yang berwarna merah rosa. Penambaha KMnO4 yang berlaku cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 yang telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+.

III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Buret
2. Pemanas
3. Erlemeyer
4. Pipet tetes
B. Bahan
1. Larutan H2SO4 2N 5ml
2. Larutan KMnO4 0,01 N
3. Larutan H2C2O4 0,01 N 10,0 ml

IV. Cara Kerja
1. Pipet 10,0 ml larutan asam oksalat standart dalam erlenmeyer .
2. Tambahkan 5 ml asam sulfat (H2SO4) 2N.
3. Panaskan hingga suhu kurang dari 800 C
4. Titrasi segera dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda yang bertahan sampai sepuluh detik.

V. Hasil Pengamatan
Titrasi Ke Volume H2C2O4 Volume KMnO4
1 10.0 ml 12,90 ml
2 10.0 ml 13,10 ml
3 10,0 mll 12,50 ml
4 10,0 ml 12,70 ml
5 10,0 ml 12,30 ml
6 10,0 ml 12,40 ml
Rata-rata 10,0 ml 12,65 ml



Perhitungan :
N1.V1=N2.V2
N KMnO4 = N H2C2O4 X V H2C2O4
V KMnO4
= 0,0103 N X 10 ml
12,65 ml
= 0,103 N/ml
12,65 ml
= 0,0081 N

VI. Pembahasan
Pereaksi kalium permanganat bukan pereaksi primer. Sangat sukar untuk mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas dari mangan dioksida. Kalium permanganate merupakan zat pengoksida kuat yang berlainan menurut pH medium. Kalium permanganate merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganate.
Timbulnya mangan dioksida akan mempercepat reduksi permanganat. Demikian juga adanya ion mangan(II) dalam larutan akan mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan dioksida. Reaksi tersebut berlangsung sangat cepat dalam suasana netral. Oleh karena itu, larutan kaliuum permanganat harus distandarisasi.
Standarisasi kalium permanganat harus distandarisasi dengan asam kuat, seperti asam oksalat dan asam sulfat, ini dikarenakan supaya reaksi tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.
Standarisasi larutan KMnO4 ini dapat dilkukan dengan titrasi permanganometri secara langsung , biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida . kalium permanganate merupakan zat pengoksida yaqng sangat kuat. Jadi pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan, karena mampu bertindak sebagai indicator, oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan KMnO4.
Reaksi antara permanganat dengan asam oksalat berjalan agak lambat pada suhu kamar, sehingga sebelum asam oksalat dan H2CO4 ditritasi dengan KMnO4 harus dipanaskan terlebih dahulu supaya reaksinya bisa cepat, tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan(II) terbentuk mangan(II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah otokatalitik karena katalis menghasilkan reaksi sendiri. Reaksi yang terjadi:
2MnO4- + 5H2C2O4+ 6H+ → 2Mn2 + 10CO2 + 8H2O
Setelah pemanasan tersebut tersebut asam oksalat dan asam sulfat langsung distandarisasi dengan KMnO4, setelah distandrisasi laruatan asam oksalat dengan asam sulfat menghasilkan warna merah muda, ini dikarenakan reaksi antara larutan asam oksalat dan asam sulfat dengan kalium permanganat. Berikut ini reaksi yang terjadi :
5H2C2 O4 + 2KMnO4 + 5H2SO4 → K2SO4 2MnSO4 + 8H2O + 10CO2

VII. Kesimpulan

Pada pembahasan dan hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan:
1. Pada standarisasi larutan permanganat tidak menggunakan indikator karena kalium permanganat termasuk zat pengoksida yang sangat kuat.
2. Standarisasi ini harus dilakukan dengan asam kuat ini dikarenakan supaya reaksi tidak bolak balik .
3. Standarisasi ini harus dipanaskan karena reaksi permanganat dengan asam oksalat dengan asam sulfat berjalan agak lambat pada suhu kamar.








Daftar Pustaka
Pudjatmaka, Hadyana.1989. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitaik.Jakarta : UI-Press.
http://kimiaanalitik.blogspot.com. Akses 08/11/2009.

PENETAPAN KADAR SAKARIN

PENETAPAN KADAR SAKARIN

I. TUJUAN
 Praktikan mampu mengetahui kadar sakarin dari sebuah sampel ( marimas ) dengan menggunakan metode ekstraksi-titrasi.

II. DASAR TEORI
Ada beberapa cara pemisahan dan permunian suatu zat dari campurannya secara fisik antara lain : Destilasi, ekstraksi, koagulasi, adsorbsi, dan sublimasi.
Ekstraksi merupakan proses pengambilan komponen berdasarkan kelarutannya dalam dua fasa cair yang berbeda dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diingikan tanpa melarutkan material lainnya. Sedangkan zat yang diperoleh disebut sari ( ekstrak ). Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan terhadap komponen lain dalam campuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah :
 Tipe persiapan sampel
 Waktu ekstraksi
 Kuantitas pelarut
 Suhu pelarut
 Tipe pelarut
Pada industri the botol atau teh kotak, sari teh diperoleh dari daunnya dengan cara ekstraksi memakai pelarut cair. Pada kehidupan sehari-hari beberapa pelarut organik seperti aseton atau bensin dapat digunakan untuk mengekstraksi noda-noda minyak pada pakaian.
(Drs.Irfan Anshory.1998.Kimia SMU jilid I.jakata:Erlangga ).
Sedangkan titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini masih banyak yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri. Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan dierlenmeyer yang disebut sebagai analit. Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasr untuk titrasi, suatu reaksi harus memenuhi persyaratan tertentu sebelum dapat digunakan, yaitu :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi tertentu.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar lengkap pada titik ekuivalen.
3. Beberapa cara harus tersedia untuk menentukannya apabila titik ekuivalen dicapai.
4. Diharapkan bahwa reaksi berlangsung cepat sehingga titran dapat berlangsung dalam beberapa menit.
(Underwood, 1998 )
Titik dimana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi, secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis ( titik ekuivalen ). dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi. ( Sukrimah, 1990 ).
Dalam percobaan ini kita diminta mengetahui kadar sakarin dalam minuman sachet ( marimas ) kita ketahui sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat, karena strukturnya berbeda dengan karbohidrat sakarin tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis daripada sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Sakarin mengalami hidrolisa dalam suasana alkalis menjadi asam O-sulfamoil-benzoat atau dalam suasana asam akan menjadi asam ammonium O-sulfo-benzoat. Sakarin sulit larut dalam air, oleh karena itu senyawa ini sering digunakan dalam bentuk garam ( Na-sakarin ). Na-sakarin biasanya digunakan sebagai pemais dalam sampel minuman ringan. ( artikel.blogspot.com )
III. ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat-alat
- Erlenmeyer
- Labu takar 250,0 ml
- Corong pemisah
- Gelas beker
- Gelas ukur
- Buret
- Statif
- Pipet volume 25,0 ml
- Pipet tetes
- Pemanas

3.2. Bahan-bahan
 Marimas
 Aquades
 10,0 ml HCl pekat
 30,0 ml eter
 3,00 ml aseton
 Larutan NaOH
 Larutan asam oksalat

IV. DATA PENGAMATAN

 1,00 ml NaOH 0,05 N ~ 10,26 mg Na-sakarin
~ 9,160 mg asam sakarin
 Standarisasi NaOH

Titrasi ke- V ( COOH )2 . 2H2O V NaOH
1. 5,00 ml 11,50 ml
2. 5,00 ml 11,20 ml
Rata-rata 5,00 ml 11,35 ml

N1 . V1 = N2 . V2

N NaOH = =


=

= 0,0440 N

 Kadar Na-sakarin

= ml Titrasi x x 10,26 mg x

= 0,7 ml x x 10,26 mg x 10,0 ml

= 0,7 ml x 0,88 x 10,26 mg x 10,0ml
= 63,2016 mg/sachet



V. PEMBAHASAN

Pada paraktikum penetapan kadar sakarin kali ini metode yang digunakan adalah ekstraksi dan titrasi.
Ekstraksi merupakan proses pelarutan satu atau sejumlah penyusun atau campuran ke dalalm pelarut sehingga penyusun-penyusun tersebut terpisah dari penyusun lain yang tidak larut dalam pelarut itu atau dengan istilah lain ekstraksi merupakan proses pemisahan komponen berdasarkan dua fasa cair yang berbeda.
Larutan yang diekstraksi pada praktikum kali ini adalah laruta marimas dengan eter. Pelarut organik yang digunakan adalah eter karena eter merupakan salah satu pelarut organik yang tidak bisa bercampur dengan air. Pada percobaan kali ini yang akn ditetapakan berapa mg sakarin yan terdapat pad sampel ( marimas). 1 gram sakarin dapat larut dalam 290 ml air dalam suhu kamar atau dalam 25,0 ml air mendidih. Sakarin mudah larut dalam alkali karbonat dan sedikit larut ( sukar ) dal kloroform atau eter.
25,0 ml larutan marimas, 10,0 ml HCl pekat dan 10,0 ml eter yang sudah di masukkan ke corong pemisah kemudian kita kocok dengan hati-hati dengan memiringkan corong pemisah. Karena pengocokan akan menimbulkan sedikit panas dan menyebabkan tekanan uap dalamcorong pemisah naik, maka tekanan uap dapat dihilangkan dengan cara membuka kran bagian bawah. Kemudian setelah larutan sampel dan eter dikocok maka didiamkan supaya kedua larutan yang telah bercampur terpisah menjadi dua lapis, larutan sampel ( marimas ) berada diatas sedangkan eter berada dibawah karena berat jenis eter lebih besar daripada air. Ekstraksi dilakukan sebanyak tiga kali dengan setiap kali ekstraksi di tambah 10,0 ml eter. Ketika sudah dilakukan ekstraksi berulang-ulang maka hasil dari ekstraksi dikumpulkan dan diekstraksi lagi denga 10,0ml aquades kemudian diuapkan sehingga yang tersisa adalah residunya saja.
Dari residu yag telah di dapat di tambah dengan 3,00 ml aseton, 2,00 ml aquades dan indikator BTB kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi dengan asam oksalat smapi terjadi perubahan warna dari bening menjadi biru.
Daripercobaan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh :
 N NaOH = 0,0440 N
 ml titrasi = 0,7 ml
 Kadar Na-sakarin = 63,2016 mg/sachet

VI. KESIMPULAN
 Uji penetapan kadar sakarin melibatkan dua metode yaitu ekstraksi dan titrasi
 Intensitas rasa manis pada garam Na-sakarin kira-kira 400 kali lebih tinggi daripada sukrosa
 kadar sakarin pada minuman ringan ( marimas ) sebesar 63,2016 mg/sachet.
 Ketika sampel minuman ringan, HCl dan eter diekstrasi larutan sampel beada diatas dan eter berada dibawah karena berat jenis eter lebih besar daripada berat jenis air.
 Pada saat titrasi indikator yang digunakan adalah indikator BTB

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Irfan, 1998. Kimia SMU jilid I. Jakarta: Erlangga
Artikel bilboer. Blogspot. Com. akses 27-12-2009
Day, R. A dan Underwood, AL. 2002. Analisis Kimia kuantitatif edisi ke-6. Jakarta: Erlangga
Pudjaatmaka, A. Hadyana. 1997. Pedoman Pedoman Belajar Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga
Sukrimah. 1990. Kimia Kedokteran adisi 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara
www. Wikipedia. Com.Akses 23-12-2009

MENENTUKAN KADAR BaO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI

MENENTUKAN KADAR BaO DENGAN MENGGUNAKAN
METODE GRAVIMETRI

I. Tujuan
Untuk mengetahui kadar BaO dalam suatu sample.

II. Dasar Teori
Analisis Gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetapnya. Dalam analisis ini, unsure atau senyawa yang dianalisis ini, unsure atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetric menyangkut perubahan unsure atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan stabil, sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsure atau gugs yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya.
Pemisahan unsur murni yang terdapat dalam senyawa dapat terjadi melalui beberapa cara., diantaranya yaitu:
a. Cara pengendapan
b. Cara penguapan atau penyaringan (evolution)
c. Cara analisis pengendapan dengan memakai listrik.
d. Macam-macam cara fisik lainnya.

Kelebihan cara analisis Gravimetric dibanding Volunetri adalah bahwa penyusun yang dicari dapat diketahui pengotoran yang ada dan bila diperlukan dapat dilakukan pembetulan. Kekurangan dari metode gravimetric adalah cara ini sangat memakan waktu.
A. Cara Pengendapan
Dalam bentuk senyawa yang tidak larut atu sukar larut, hingga tak ada yang hilang selama penyaringan, pencucian, dan penimbangan. Misalnya pada penetapan larutan perak dengan mengendapkan memakai larutan NaCl berlebihan kemudian disaring, dicuci, selanjutnya dikeringkan pada suhu 130˚C dan akhirnya ditimbang sebagai AgCl.
Faktor–Faktor yang mempengaruhi berhasilnya cara pengendapan adalah:
1. Endapan harus sedemikian tidak larut hingga hal ini diperbolehkan asalkan zat yang tidak terendapkan tidak melampaui batas minimum yang dapat ditunjukkan oleh neraca analitik 0,1 mg.
2. Keadaan fisis endapan harus sedemikian hingga dapat segera dipisahkan dari larutannya dengan penyaringan serta dicuci hingga bebas dari pengotoran.
3. Endapan harus dapat diubah menjadi senyawa murni dengan susunan kimia yang pasti, hal ini dapat dicapai dengan pengajaran atau pengeringan atau penguapan memakai cairan yang cocok.

B. Cara Penguapan atau Pengeringan
Dasar dari cara ini adalah penghilangan penyusun (komponen atau konstituen) yang mudah menguap. Ini dilakukan menurut beberapa cara:
1. Pemijaran secara sederhana dalam udara atau dalam aliran gas yang tidak ikut bereaksi.
2. Dengan memakan pereaksi kimia yang dapat mengubah penyusun yang dikehendaki menjadi lebih mudah menguap.
3. Dengan memakai pereaksi kimia dapat diubah menjadi penyusun yang sukar untuk menguap.

Pada cara dua yang menguap dapat diserap dengan medium tertentu yang sebelumnya ditimbang dengan teliti. Ini disebut dengan cara langsung. Ada juga cara tidak langsung yaitu dengan menghitung berat sisa pengeringan atau penguapan hingga penyusun yang menguap dapat diketahui. Pada cara ini juga dapat menentukan kelembaban atau kadar ini hablur suatu bahan dengan cara memanaskan pada suhu tertentu misalnya 110˚C, kemudian setelah diketahui pengurangan berat dengan menimbang dapat dihitung kadar air lembab atau air hablur. Pada penentuan ini pemanasannya memerlukan suhu yang lebih tinggi dari 100˚C, dalam hal ini harus dipastikan bahwa kompinen pokok selama pemanasan tidak terurai.

III. Alat dan Bahan
3.1. Alat
a. Gelas beker
b. Corong
c. Erlemeyer
d. Oven
e. Neraca
f. Chamber
g. Penjepit
h. Pipet volume 10 ml
i. Cawan porselin
j. Pipet tetes

3.2. Bahan
a. Kertas saring Whatman 42
b. Larutan BaCl
c. Larutan H2SO4


IV. Cara kerja
1. Timbang gelas beker
2. Ambil 10 ml BaCl dan masukkan dalam erlemeyer
3. Timbang erlemeyer beserta larutan
4. Tambahkan H2SO4 berlebih sampai tidak timbul endapan.
5. Pisahkan endapan dengan cara penyaringan menggunakan kertas saring
6. Panaskan cawan porselin
7. Letakkan endapan dalam cawan porselin dan panaskan dalam oven kurang lebih 1 jam dengan suhu 105˚c
8. dinginkan endapan dalam desikator
9. Kerok endapan.
10. Timbang endapan.
11. Hitung kadar BaO dalam sample.

V. Hasil Pengamatan
Reaksi : BaO ‮‮‮‮+ H2SO4 → BaSO4 ‮‮‮‮+ HCl
Diketahui :
Berat sample (BaCl2) = 9.91 gram
Berat endapan = 0.04 gram
BM BaO = 153.33
BM BaSO4 = 233,39
Perhitungan :
Kadar BaO dalam sample = Berat endapan x F bravimetri x 100%
Berat endapan
= B x BM BaO x 100%
A BM BaSO4
= 0,04 gram x 153,33 x 100%
9.91 gram 233,39
= 0,004 x 0,66 x 100%
= 0,264 %
VI. Pembahasan
Dalam praktik ini kita melakukan percobaan yaitu menentukan kadar BaO dalam suatu sample yang dilakukan dengan cara pengendapan yaitu yang dilakukan dengan cara mengambil BaCl2 sebanyak 10 ml yang kemudian ditambah dengan H2SO4 berlebih sampai tidak menghasilkan endapan lagi. Kemudian endapan yang telah diperoleh dipisahkan dengan kertas saring yang kemudian diletakkan dalm cawan porslin, yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu (supaya mempercepat pengeringan). Setelah diletakkan dalam cawan porselin, kemudian cawan tersebut dimasukkan dalam oven selama kurang lebih 1 jam dengan suhu 105 ˚C lalu endapan tersebut didinginkan dalam desikator. Setelah dingin endapan dikerok dan kemudian ditimbang, lalu dihitung kadarnya.
Setelah kerja dilakukan ternyata dapat diperoleh kadar BaO dalam samplel tersebut sebanyak 0,264 % dan juga endapan yang terjadi yaitu berwarna putih, ini disebabkan karena reaksi berikut:
BaCl ‮+ H2SO4 → BaSO4 + HCl

VII. Kesimpulan
Dalam percobaan ini dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan kadar BaO kita dapat menggunakan metode Gravimetri dengan cara pengendapan.





DAFTAR PUSTAKA

Mursyidi, Akhmad, dkk., Volumetri dan Gravimetri, Gajah Mada University Perss: Yogyakarta, 2008.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : MA ISLAMIYAH BALEN BOJONEGORO
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XII/ Ganjil
Pertemuan ke : 1
Alokasi waktu : 2 x 45 menit

1. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep reaksi oksidasi reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari- hari.

2. Kompetensi Dasar
Menerapkan konsep reaksi redoks dalam sistem elektrokimia yang melibatkan energi listrik dan kegunaannya dalam mencegah korosi dan dalm industri.

3. Indikator
1). Menjelaskan pengertian reaksi redoks
2). Menerangkan perbedaan antara reaksi oksidasi dan reaksi reduksi
3). Menyetarakan persamaan reaksi redoks dengan perubahan bilangan oksidasi
4). Menyetarakan persamaan reaksi redoks dengan cara setengah reaksi (ion elektron)
5). Menentukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion

4. Tujuan
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian reaksi redoks
b. Siswa dapat menerangkan perbedaan antara reaksi oksidasi dan reaksi reduksi
c. Siswa dapat menyetarakan persamaan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi
d. Siswa dapat menyetarakan persamaan reaksi redoks dengan cara setengah reaksi
e. Siswa dapat menetukan bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion

5. Analisis Materi Pelajaran :
a. Materi Prasyarat
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi energi listrik dari energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi ini energiyang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau energi listrik digunakan agar reaksi yang non spontan bisa terjadi.
b. Materi Pokok
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang disertai dengan perubahan bilangan oksidasi.
Setiap reaksi redoks terdiri dari reaksi oksidasi dan reduksi.
Oksidasi adalah penangkapan oksigen, pelepasan elektron atau kenaikan bilangan oksidasi.
Reduksi adalah pelepasan oksigen, penangkapan elektron atau penurunan bilangan oksidasi.
Reaksi redoks dapat disetarakan dengan metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi.
c. Materi Pengayaan
Salah satu penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari- hari adalah sebagai sumber arus searah atau baterai, arus listrik yang dihasilkan oleh sumber arus searah disebabkan adanya aliran elektron yang bergerak pada penghantar. Arus elektron yang terjadi pada sumber arus tersebut berasal dari reaksi redoks yang ada di dalamnya.

6. Kegiatan Pembelajaran
1). Metode : Penyampaian informasi, Diskusi kelompok
2). Pendekatan : Pendekatan SETS
3). Model : Diskusi interaktif

Langkah- langkah pembelajaran :
No Kegiatan Alokasi waktu Ket
1 Kegiatan awal
 Apersepsi
Siswa menjawab pertanayaan- pertanyaan sebagai berikut :
- Apa yang anda ketahui tentang batu baterai atau aki?
- Dalam kehidupan sehari- hari, penerapan reaksi redoks salah satunya adalah pada baterai. Tahukah anda reaksi apa yang terjadi di dalam baterai?

 Motivasi
- Siswa mendengarkan dari guru tentang informasi berikut :
”Pada mobil di dalamnya terdapat aki, aki digunakan sebagai catu daya untuk menyalakan mesin sehingga mobil bisa berjalan. Reaksi apa yang terjadi di dalamnya?
Aki yang umum digunakan di mobil terdiri dari 6 sel identik yang tersusun secara seri. Setiap sel mempunyai anoda tebal dan katoda yang terbuat dari timbal dioksida (PbO2) yang dikemas pada sebuah plat logam. Baik katoda/ anoda dicelupkan dalam larutan H2SO4 yang berfungsi sebagai elektrolit sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi, reaksi antara katoda/ anoda terhadap H2SO4 adalah reaksi redoks yaitu reaksi kimia yang disertai dengan perubahan bilangan oksidasi.
- Apa manfaatnya bagiku belajar kimia tentang reaksi redoks.

 Prasyarat
Siswa mendengarkan dari guru tentang tujuan dari pembelajaran adalah agar siswa mengetahui pengertian dan bisa menyetarakan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi dan setengah reaksi.
10 menit
2 Kegiatan Inti
 Siswa membentuk kelompok diskusi menjadi 7 kelompok, masing- masing kelompok beranggotakan 5 orang dipilih secara acak.
 Siswa mendengarkan penjelasan tentang jalannya diskusi dan masalah apa yang akan didiskusikan.
 Siswa diberi masalah- masalah kontekstual.
 Siswa berdiskusi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan konsep yang dibelajarkan atau memeanfaatkan konsep kimia kebentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
 Presentasi tiap- tiap kelompok.
 Siswa dalam diskusi mengetahui manfaat atau kerugian (AMBAK) menggunakan konsep sains kimia tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi.
 Siawa melanjutkan diskusi untuk membahas cara penyetaraan reaksi redoks dengan metode perubahan bilangan oksidasi dan setengah reaksi.
 Siswa mendengarkan penjelasan dari guru seputar cara penyetaraan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi dan cara setengah reaksi.
 Siswa berlatih mengerjakan latihan- latihan soal yang diberikan oleh guru.
 Siswa dibimbing oleh guru dalam proses pemahaman cara penyetaraan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi dan setengah reaksi.
 70 menit
3. Kegiatan akhir
 Membuat resume hasil diskusi.
 Siswa dan guru membuat kesimpulan.
 Penugasan dikerjakan dirumah : Mengerjakan latihan soal penyetaraan reaksi redoks cara perubahan bilangan oksidasi dan setengah reaksi pada LKS hal 23- 24. 10 menit

7. Media, alat dan sumber pembelajaran :
Media : Gambar, Laptop, LKS
Alat :
Sumber Belajar : Bahan Ajar Kimia Reaksi redoks
Buku Kimia kelas XII Michael Purba, Erlangga. 36- 46
Buku Kimia Tes Blok. 15-17
Buku- buku penunjang lainnya
Penilaian :
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Penilaian : Essay dan multiple choice
Instrument :
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi redoks,jelaskan!
2. Berikan satu contoh penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari- hari, jelaskan!
3. Hitunglah bilangan oksidai Mn dalam :
a. Mn
b. Mn+
c. Mn2O3
d. KMnO4
e. MnO42-
4. Setarakan reaksi redoks berikut dengan cara bilangan oksidasi
Cr2O72- + HCOOH → Cr3+ + CO2 (asam)
5. Setarakanlah reaksi redoks berikut dengan cara setengah reaksi
MnO4- + SO32- → MnO2 + SO42- (basa)
6. 1). Penurunan bilangan oksidasi
2). Mengikat elektron
3). Kenaikan bilangan oksidasi
4). Melepasa elektron
Pernyataan yang tepat untuk reduksi adalah ... ... ...
a. 1 dan 2 d. 3 dan 4
b. 1 dan 4 e. 1 saja
c. 2 dan 3

7. Gas klorin bila direaksikan dengan basa dapat mengalami disproporsionasi, maka persamaan reaksinya adalah...
a. 2Cl2(g) + 4NaOH (aq)  2NaCl (aq) + NaClO3 (aq) + H2O(l)
b. Cl2(g) + 2NaOH (aq)  NaCl (aq) + NaClO3 (aq) + H2O(l)
c. 3Cl2(g) + 6NaOH (aq)  5NaCl (aq) + NaClO3 (aq) + H2O(l)
d. 4Cl (g) + 2NaOH (aq)  5NaCl (aq) + 2NaClO3 (aq) + 2H2O(l)
e. 5Cl2(g) + 8NaOH (aq)  6NaCl (aq) + 4NaClO3 (aq) + 4H2O(l)

8. Pada persamaan redoks,
α MnO4- + 16H+ + 5C2O42-  b Mn2 + 8H2O + 10CO2
α dan b berturut- turut adalah … … …
a. 2 dan 3 d. 3 dan 5
b. 2 dan 4 e. 2 dan 2
c. 2 dan 5

9. Jika reaksi rdoks,
MnO4- (aq) + Br (aq)  Mn2+ (aq) + Br2 (g)

10. Bilangan oksidasi O adalah -1 pada :
a. SO2 d. H2O
b. OF2 e. CaO
c. Na2O2

Kunci jawaban dan skor nilai
Kunci Jawaban
1. Reaksi redoks yaitu reaksi yang disertai dengan perubahan bilangan oksidasi.
Setiap reaksi redoks terdiri dari reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi, sedangkan oksidasi yaitu penaikan bilangan oksidasi.

2. Salah satu penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari- hari adalah sebagi sumber arus searah atau baterai, arus listrik yang dihasilkan oleh sumber arus searah disebabkan adanya aliran elektron yang bergerak pada penghantar. Arus elektron yang terjadipada sumber arus tersebut berasal dari reaksi rtedoks yang terjadi di dalamnya.

3. a). Mn= 0

b). Mn2+
Mn= 2

c). Mn2O3
2Mn + 3O= 0
2Mn + 3 (-2)= 0
2Mn + (-6) = 0
2Mn = 6
Mn = 3

d). KMnO4
K + Mn+4O= 0
1 +Mn +4(-2)=0
1 +Mn + (-8) = 0
Mn = 7

e). MnO42-
Mn +4O = -2
Mn +4(-2)= -2
Mn + (-8) = -2
Mn = -2

4.
Atom yang merubah bilangan Oksidasi yaitu Cr dan C. Atom Cr perlu disetarakan dengan menambah koefisien, sedangkan atom C sudah setara.
Cr2O72- + HCOOH → 2Cr3+ + CO2
+12 +2 +6 +4
-6
+2
Agar kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi sama, HCOOH dan CO2 harus dikalikan 3.
Cr2O72- + 3HCOOH → 2Cr3+ + 3CO2
 Jumlah muatan di ruas kiri = -2
Jumlah muatan di ruas kanan = +6
Agar jumlah muatan sama, maka :-2 + 8H+ = +6
Cr2O72- + 3HCOOH + 8H+ → 2Cr3+ + 3CO2
 Jumlah atom H di ruas kiri = 14
Jumlah atom H di ruas kanan = 0
Agar setara, tambahkan 7H2O di ruas kanan.
Cr2O72- + 3HCOOH + 8H+ → 2Cr3+ + 3CO2 + 7H2O

5.
MnO4- + SO32- → MnO2 + SO42-
 MnO4- → MnO2
SO32- → SO42-

 MnO4- → MnO2 + 2H2O
SO32- + H2O → SO42-
 MnO4- + 4H+ → MnO2 + 2H2O
SO32- + H2O → SO42- + 2H+
 MnO4- + 4H+ + 3e → MnO2 + 2H2O ........................x 2
SO32- + H2O → SO42- + 2H+ + 2e …………...x 3
 2MnO4- + 8H+ + 6e → MnO2 + 4H2O
3SO32- + 3H2O → 3SO42- + 6H+ + 6e
 2MnO4- + 8H+ → MnO2 + 4H2O
3SO32- + 3H2O → 3SO42- + 6H+ +
2MnO4- +2H+ + 3SO32- → 2MnO2 + H2O +3SO42-
Dalam soal tertulis lingkungan basa, maka H+ harus diganti OH-.
2H+ di ruas iri harus ditambah dengan 2OH- pada kedua ruas diperoleh:
2MnO4- + 2H+ + 3SO32- → 2MnO2 + H2O +3SO42-
2OH- → 2OH- +
2MnO4- + 2H2O + 3SO32- → 2MnO2 + H2O +3SO42- + 2OH-
Kelebihan H2O dikurangkan, didapat :
2MnO4- + H2O + 3SO32- → 2MnO2 +3SO42- + 2OH-

6. a
7. b
8. c
9. a10. c Skor
10



10




10
























10


























10

































10
10
10
10
10

Penilaian Proses Belajar :
• Penilaian keaktifan siswa yang meliputi : Bertanya, menjawab, minat/ antusias siswa dalm belajar dan berdiskusi kelompok.
• Pertanyaan lisan saat saat KBM dan pada akhir pertemuan.

Penilaian hasil belajar : Hasil diskusi, Tugas- tugas yang dikerjakan dan ulangan harian.
Penugasan/ Proyek : Mencari informasi penerapan konsep reaksi oksidasi reduksi dalam kehidupan
sehari- hari.

Bojonegoro, 30 April 2010
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran



Ali Muhtadi, S. Ag Ririn Isnawati

BANK SYARI’AH DAN BANK KONVENSIONAL

Eksistensi lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor riil dengan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memeang diarahkan dalam konteks bagaimana menjadikan uang efektif untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Perbankan telah memudahkan pertukaran dan membantu pembentukan modal dan produksi yang berskala masa. Hal ini membuktikan bahwa bank sangat berperan tinggi dalam proses perkembangan ekonomi dunia.

METODE PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaannya, kegiatan tersebut harus berjalan secara serempak dan terpadu antara pendidik dan peserta didik. Nilai-nilai yang akan ditransformasikan mencakup nilai religi, nlai kebudayaan, pengetahuan dan ketrampilan. Agar prosese transformasi nilai berjalan secara lancar maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya yaitu adanya metode pendidikan yang sesuai dengan kemampuan pendidik dan peserta didik, sesuai dengan materi serta tujuan yang akan dicapai dan sesuai dengan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung.