Kamis, 15 Juli 2010

STANDARISASI LARUTAN BAKU KMnO4

STANDARISASI LARUTAN BAKU KMnO4

I. Tujuan
Praktikum atau percobaan ini dilakukan supaya kita dapat mengetahui konsentrasi larutan KMnO4 dari larutan baku primer H2C2O4.

II. Dasar Teori
Kalium permanganat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangaan oksida. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah , netral dan basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau ( rivai, 1995 ).
Kalium permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen(III) oksida standar-standar primer.
Pereaksi kalium permanganat bukan pereaksi baku primer. Sangat sukar untuk mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas dari mangan dioksida . kalium permanganat merupakan zat pangoksida kuat yang berlainan menurut pH medium, kalium permanganat merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganat.
Pembakuan larutan KMnO4 ini dapat dilakukan dengan titrasi permanganometri secara langsung,biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida. Kalium permanganat merupakan zat pengoksida yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indicator, karena mampu bertindak sebagai indicator oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terlatak pada : larutan pentiter KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan resipiitat coklat yang seharusnya adalah larutan yang berwarna merah rosa. Penambaha KMnO4 yang berlaku cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 yang telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+.

III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Buret
2. Pemanas
3. Erlemeyer
4. Pipet tetes
B. Bahan
1. Larutan H2SO4 2N 5ml
2. Larutan KMnO4 0,01 N
3. Larutan H2C2O4 0,01 N 10,0 ml

IV. Cara Kerja
1. Pipet 10,0 ml larutan asam oksalat standart dalam erlenmeyer .
2. Tambahkan 5 ml asam sulfat (H2SO4) 2N.
3. Panaskan hingga suhu kurang dari 800 C
4. Titrasi segera dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda yang bertahan sampai sepuluh detik.

V. Hasil Pengamatan
Titrasi Ke Volume H2C2O4 Volume KMnO4
1 10.0 ml 12,90 ml
2 10.0 ml 13,10 ml
3 10,0 mll 12,50 ml
4 10,0 ml 12,70 ml
5 10,0 ml 12,30 ml
6 10,0 ml 12,40 ml
Rata-rata 10,0 ml 12,65 ml



Perhitungan :
N1.V1=N2.V2
N KMnO4 = N H2C2O4 X V H2C2O4
V KMnO4
= 0,0103 N X 10 ml
12,65 ml
= 0,103 N/ml
12,65 ml
= 0,0081 N

VI. Pembahasan
Pereaksi kalium permanganat bukan pereaksi primer. Sangat sukar untuk mendapatkan pereaksi ini dalam keadaan murni, bebas dari mangan dioksida. Kalium permanganate merupakan zat pengoksida kuat yang berlainan menurut pH medium. Kalium permanganate merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganate.
Timbulnya mangan dioksida akan mempercepat reduksi permanganat. Demikian juga adanya ion mangan(II) dalam larutan akan mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan dioksida. Reaksi tersebut berlangsung sangat cepat dalam suasana netral. Oleh karena itu, larutan kaliuum permanganat harus distandarisasi.
Standarisasi kalium permanganat harus distandarisasi dengan asam kuat, seperti asam oksalat dan asam sulfat, ini dikarenakan supaya reaksi tidak bolak-balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.
Standarisasi larutan KMnO4 ini dapat dilkukan dengan titrasi permanganometri secara langsung , biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida . kalium permanganate merupakan zat pengoksida yaqng sangat kuat. Jadi pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan, karena mampu bertindak sebagai indicator, oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan KMnO4.
Reaksi antara permanganat dengan asam oksalat berjalan agak lambat pada suhu kamar, sehingga sebelum asam oksalat dan H2CO4 ditritasi dengan KMnO4 harus dipanaskan terlebih dahulu supaya reaksinya bisa cepat, tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan(II) terbentuk mangan(II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah otokatalitik karena katalis menghasilkan reaksi sendiri. Reaksi yang terjadi:
2MnO4- + 5H2C2O4+ 6H+ → 2Mn2 + 10CO2 + 8H2O
Setelah pemanasan tersebut tersebut asam oksalat dan asam sulfat langsung distandarisasi dengan KMnO4, setelah distandrisasi laruatan asam oksalat dengan asam sulfat menghasilkan warna merah muda, ini dikarenakan reaksi antara larutan asam oksalat dan asam sulfat dengan kalium permanganat. Berikut ini reaksi yang terjadi :
5H2C2 O4 + 2KMnO4 + 5H2SO4 → K2SO4 2MnSO4 + 8H2O + 10CO2

VII. Kesimpulan

Pada pembahasan dan hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan:
1. Pada standarisasi larutan permanganat tidak menggunakan indikator karena kalium permanganat termasuk zat pengoksida yang sangat kuat.
2. Standarisasi ini harus dilakukan dengan asam kuat ini dikarenakan supaya reaksi tidak bolak balik .
3. Standarisasi ini harus dipanaskan karena reaksi permanganat dengan asam oksalat dengan asam sulfat berjalan agak lambat pada suhu kamar.








Daftar Pustaka
Pudjatmaka, Hadyana.1989. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitaik.Jakarta : UI-Press.
http://kimiaanalitik.blogspot.com. Akses 08/11/2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar