Minggu, 25 Mei 2014

HUJAN ASAM

Hello para pembaca, setelah kurang lebih 2 bulan lama vakum dari menulis akhirnya saya bisa mengutak-atik lagi blog ini. Pada kesempatan kali ini saya ingin mengangkat topic tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan saat ini antara lain adalah pencemaran lingkungan dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Sebagaimana kita ketahui dan bahkan kita alami sendiri bahwa pencemaran berlangsung dimana-mana dengan laju begitu cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan masalah urban kini mulai berubah, hal ini terjadi setelah adanya fakta turunnya hujan asam dan pencemaran udara regional atau lintas batas lainnya.

Atmosfer dapat mengangkut berbagai zat pencemar ratusan kilometer jauhnya, sebelum menjatuhkannya ke bumi. Dalam perjalanan jarak jauh ini, atmosfer bertindak sebagai reactor kimia yang kompleks merubah zat pencemar setelah berinteraksi dengan substansi lain, uap air dan enrgi matahari. Pada kondisi tertentu sulfur Oksida (SOX) dan Nitrogen (NOX) hasil pembakaran bahan bakar fosil akan bereaksi dengan molekul-molekul uap air di atmosfer menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam Nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun ke permukaan bumi bersama air hujan yang dikenal dengan sebutan HUJAN ASAM.
GAMBAR HUJAN ASAM
Hujan asam telah menimbulkan masalah besar di daratan Eropa dan Amerika serta di Negara Asia termasuk Indonesia. Dampak negatof dari hujan asam selain rusaknya bangunan dan berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam, juga terjadi kerusakan lingkungan terutama pengasaman (acidification) danau dan sungai. Ribuuan danau airnya telah bersifat asam sehingga tidak ada lagi kehidupan akuatik, dikenal dengan “danau mati”.
Disamping merusak ekosistem perairan, hujan asam mengancam kmoditi pertanian serta menimbulkan kerusakan hutan. Pada akhir tahun 1985, paling sedikit 7 juta Ha hutan di 15 negara Eropa telah rusak dan pada tahun 1986 telah mencapai 30,7 Ha. Kerusakan hutan akibat hujan asam sekarang ini makin meluas dan makin meningkat tingkat kerusakannya.
Hujan asam juga telah melanda wilayah di Indonesia. Pemantauan hujan asam yang dilakukan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di  tiga kota di Indonesia dapat dilihat pada table berikut.
Parameter
Jakarta
Medan
Manado
PH
SO4
NO3
NH3
5,56
0,04
1,66
1,42
5,76
0,12
1,86
1,20
5,78
0,04
0,61
0,26
*Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, 1990.
Apabila dibandingkan dengan nilai ambang batas PH yang masih diijinkan bagi lingkungan hidup, maka tingkat keasaman air hujan dijakarta sudah mendekati nilai kritis. Air hujan dengan Ph 5,6 dapat menimbulkan kerusakan berbagai jenis logam termasuk terjadinya perkaratan. Disamping itu dapat merusak tambak-tambak ikan sehingga hasil panennya berkurang.

Sumber : Rukaesih Achmad, M.Si, 2004, Kimia Lingkungan,  Jakarta: ANDI Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar