Minggu, 12 Januari 2014

Menjelang Pesta Demokrasi (Pilkades) di Desa Pilanggede



Sekitar dua minggu lagi akan ada pemilihan kepala desa di Pilanggede Balen Bojonegoro yang tak lain adalah tempat kelahiranku. Yup… tepat hari kamis  tanggal 30 Januari 2014 pesta demokrasi kecil-kecilan itu insya allah akan dilaksanakan.
         Pemilihan Kepala Desa (Kades) atau kadang juga disebut Lurah, adalah hal yang sudah menjadi “tradisi” di negara demokrasi seperti Indonesia. Sama seperti Pemilihan Presiden, CaLeg, Bupati, atau Gubernur, masyarakatlah yang menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin mereka. Namun tentunya ada calon-calon pemimpin yang mencalonkan diri ataupun dicalonkan oleh para botoh (orang-orang yang membiayai calon pemimpin tersebut. Masyarakat diberikan pilihan calon pemimpin yang kebanyakan tidak mereka kenal, serta niat dari calon pemimpin tersebut. Yang masyarakat tahu seringnya visi dan misi dari para calon. Itupun seringnya sedikit orang yang tahu dan juga mau tahu.

Dalam Pemilihan Kepala Desapun seperti itu. Masyarakat dihadapkan pada pilihan calon-calon yang nantinya akan memimpin mereka. Saat sang calon tersebut jarang bersosialisasi dengan masyarakat desa, maka sedikit orang yang akan memilihnya. Namun bukan hal yang aneh jika para Calon Kepala Desa tersebut menjadikan masyarakat sebagai GolPUT. GolPUT yang saya bahas bukanlah Golongan Putih atau tidak memilih siapapun calon yang ada. Namun GolPUT disini adalah Golongan Penerima Uang Tunai. Ya, politik uang bukanlah hal yang tabu dalam Pemilihan Kepala Desa. Dan masyarakat juga lebih menikmati Pemilihan Kepala Desa, daripada Pemilihan Bupati, Gubernur, atau Presiden.
         Hal ini karena masyarakat bisa mendapatkan penghasilan dari hak suara mereka. Dan hal ini jarang dirasakan oleh mereka saat Pemilihan Pemimpin daerah, maupun pemimpin negara. Kebanyakan masyarakat memilih Pemimpin Daerah ataupun pemimpin negara karena mereka fanatik terhadap partai politik tertentu. Ya walaupun tidak semuanya fanatik. Namun seringnya masyarakat tidak dapat menikmati dana sang calon pemimpin, karena Tim Sukses pastinya tidak ingin jika pekerjaannya hanya sekedar kerja bakti tanpa bayaran. Sehingga dana yang diterima masyarakat biasanya sangat sedikit, atau bahkan tidak menerima dana sepeserpun. Hal ini berbeda dengan Pemilihan Kepala Desa. Masyarakat bisa mendapatkan uang untuk hak suara mereka, mulai dari 25.000 rupiah, hingga ratusan ribu rupiah.
        Tetapi sampai detik ini setahu saya baru satu calon yang mendaftar dan itupun adalah kepala desa sekarang ini yaitu Bapak Yaskun, dari analisis yang saya lakukan sepertinya memang Bapak Yaskun lah satu-satunya calon yang akan maju di pesta demokrasi desa Pilanggede tahun 2014  ini. Entah tidak ada yang berani menandingi, atau memang  penduduk Pilanggede sudah begitu puas dengan kinerja beliau atau bisa juga kemungkinan mereka tidak memiliki biaya (bekal) yang cukup untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa. Begitu banyak opini dari dalam fikiran saya. Yah…sebagaimana kita ketahui bahwa pemilihan kepala desa merupakan pesta demokrasi kecil-kecilan yang tak luput dari usaha suap-menyuap dari para “jago” untuk memenangkan pilihan.  Dan  bisa dipastikan jika ada coblosan seperti ini mereka yang berduit-lah yang akan menang.
         Tapi siapapun nantinya yang  terpilih menjadi Kepala Desa, saya berhara semoga bisa mengemban amanah yang telah diberikan oleh masyarakat dengan baik, bertanggung jawab sehingga bisa membawa Desa Pilanggede ini menjadi Qoryatun Thoyyyibatun wa robbun ghofur. Aamiin….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar