Sabtu, 16 Februari 2013

Media Pembelajaran berbasis Chemo-Edutainment (CET)

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari  kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.[1] Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektivitas program intruksional.[2]

Dalam belajar mengajar, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan guru dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan guru kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.[3]
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan, media adalah bentuk penyaluran pesan baik tercetak maupun audio visual yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar atau membawa pesan intruksional untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa.
Ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa, antara lain:[4]
a.       Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan lebih baik.
c.       Metode mengajar akan lebih bervariasi. Tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apabila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan   dan lain-lain.
Tantangan dalam dunia pendidikan yaitu menerapkan sistem pendidikan yang memungkinkan optimalisasi seluruh otak sehingga penerimaan, pengolahan, penyimpanan dan penggunaan informasi terjadi secara efisisen. Optimalisasi otak pada dasarnya adalah menggunakan seluruh bagian otak secara bersama-sama dengan melibatkan sebanyak mungkin indra secara serentak. Penggunaan berbagai media pembelajaran merupakan salah satu usaha membelajarkan seluruh bagian otak, baik otak kiri maupun kanan, rasional maupun emosional, atau bahkan spiritual. Permainan warna, bentuk, tekstur dan suara sangat dianjurkan. Dalam proses pembelajaran harus mampu menciptakan suasana gembira karena suasana gembira akan mempengaruhi cara otak dalam memproses, menyimpan dan mengambil informasi. Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
عن أنس بن مالك عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : يسرواولاتعسرواوبشرواولا تنفروا
[5](أخرجه البخارى في كتاب العلم)

 “Dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan jangan kamu mempersulit. Gembirakanlah dan janganlah kamu membuat lari”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Bab Ilmu)
Model dan media pembelajaran yang menghibur dan menyenangkan disebut dengan edutainment (education-entertainment). Kata edutainment merupakan penggabungan dua istilah dalam bahasa inggris yaitu education dan entertainment. Arti education sendiri adalah pendidikan, sedangkan entertainment artinya yaitu hiburan. Dari segi bahasa, edutainment memiliki arti pendidikan yang menyenangkan.[6]
Edutainment memiliki arti bahwa adanya proses dalam pendidikan itu menjadi hiburan dan adanya hiburan itu akan menjadikan nilai pendidikan. Secara komprehensif istilah tersebut memiliki tujuan inti, bahwa dalam proses pendidikan haruslah dijalankan dengan mengedepankan prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) artinya adanya proses dalam pendidikan itu tidak membuat para peserta didik merasa terbebani dengan mata pelajaran yang disampaikan dan juga mereka merasa enjoy dalam semua mata pelajaran.[7]
Buckingham dan scanlon dalam British Journal of Educational Technology menjelaskan tujuan dari edutainment sebagai berikut:
The purpose of edutainment is to attract and hold the attention of the learners by engaging their emotions through a computer monitor full of vividly coloured animations. It involves an interactive pedagogy and totally depends on an onsessive insistence that learning is inevitably”fun”.[8]

Tujuan dari pembelajaran edutainment adalah untuk merangsang  pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan belajar peserta didik dengan melibatkan emosi mereka melalui media visual ataupun audio visual seperti video, komputer ataupun gambar secara menyeluruh yang berisi animasi-animasi dan warna yang hidup. Hal ini melibatkan sebuah pengajaran interaktif dan menyeluruh sesuai dengan prinsip bahwa pembelajaran haruslah menyenangkan.
Dalam www.wisegeek.com edutainment is a form of education which is designed to be entertaining, in order to keep people interested and engaged. Edutainment adalah aktivitas pembelajaran melalui media yang mendidik (educates) sekaligus menghibur (entertains).
Chemo-Edutainment adalah sebuah konsep pembelajaran kimia yang menarik yang salah satunya dapat diwujukan melalui media pembelajaran.[9] Media pembelajaran Compound Remi Card dapat disusun dengan konsep Chemo-Edutainment melalui perencanaan, desain, pemilihan materi yang sesuai dan dikemas dengan prosedur permainan serta skenario belajar yang menarik.
Menurut Supartono, media pembelajaran Chemo-Edutainment (CET) adalah suatu media pembelajaran kimia yang inovatif dan menghibur.[10] Dengan adanya penggunaan media pembelajaran yang inovatif serta menghibur diharapkan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melahirkan proses belajar yang berkualitas, yaitu proses belajar yang melibatkan partisipasi dan penghayatan peserta didik secara intensif.[11]
Dimana media CET adalah media pembelajaran yang dianggap menarik dan menyenangkan sehingga dapat memotivasi dan membuat siswa tertarik untuk mempelajari kimia. Media-media edutainment yang dapat di pergunakan dalam pembelajaran kimia antara lain gambar visual, compact disk (CD) tentang pembuatan produk, komik bergambar, permainan atau bahkan kunjungan langsung ke pabrik-pabrik dapat dijadikan sarana dalam pembelajaran Chemo-Edutainment (CET) ini.
Semua media yang inovatif dan menyenangkan yang sesuai dengan pembelajaran kimia dapat dianggap sebagai media CET.[12]
Ada 4 (empat) prinsip yang menjadi karakteristik dari konsep edutainment dalam pembelajaran antara lain:[13]
a.       Menjembatani proses belajar dan proses mengajar.
b.      Pembelajaran edutainment berlangsung dalam suasana kondusif dan menyenangkan yang didasari 3 asumsi:
1)      Perasaan gembira akan mempercepat pembelajaran, sedangkan perasaan negatif, seperti terancam, takut, sedih, merasa tidak mampu akan memperlambat belajar bahkan menghentikannya.
2)      Jika seseorang menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, maka akan menghasilkan lompatan prestasi belajar.
3)      Dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat yang mengakomodir gaya dan keunikan belajar siswa, maka belajar akan dapat dioptimalkan.
c.       Menempatkan anak sebagai pusat sekaligus subyek pendidikan. Pembelajaran diawali dengan menggali dan memahami kebutuhan anak.
Pembelajaran yang lebih humanis.


[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet-V Edisi Revisi, hlm. 120.

[2] Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet-I, hlm. 11.

[3] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 120.

[4] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), hlm. 02.
[5] Mustofa Muhammad Umaroh, Jawahirul Bukhari, (Libanon: Darul Fikr, tt), hlm. 188.

[6] Hamruni, Edutainment dalam Pendidikan Islam&Teori-teori Pembelajaran Quantum, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 50.

[7] Masexcel, “Edutainment”, dalam http://www.anotherblog.com, diakses 22 Januari 2012.

[8] Zuhal Okan, “Edutainmen: is learning at risk?”, dalam British Journal of Educational Technology, (Vol.34, No. 3, 2003), hlm. 255.

[9] Harjono dan Harjito, “Pengembangan Media Pembelajaran Chemo-Edutainment untuk Mata Pelajaran Sains-Kimia di SMP”, dalam Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, (Vol. 4, No. 1, 2010), hlm. 507.
[10] Sri Nurhayati dkk, “Kefektifan Pembelajaran berbasis Question Student Have dengan Bantuan Chemo-Edutainment Media Key Relation Chart terhadap Hasil Belajar Kimia”, dalam Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, (Vol.3 No.1, 2009), hlm. 380.

[11] Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.160-161.

[12] Adetya Sandy, “Pengaruh penggunaan Game Make a Match Berbasis Chemo-Edutainment (CET) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Materi Redoks pada Siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Wiradesa TahunAjaran 2009/2010”, Skripsi (Semarang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2010), hlm. 13.

[13] Setyoadi Purwanto, “Nilai-nilai Edutainment dalam Penerapan Quantum Learning pada Pendidikan Anak Usia Dini”, dalam http://kakadi.info.com, diaksess 22 Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar