Minggu, 03 Oktober 2010

PENDEKATAN STUDI ISLAM

I.PENDAHULUAN
Dari sejak dulu hingga sekarang, agama telah menyatakan eksistensinya, yang berarti agama telah memiliki peran dan fungsi dalam masyarakat. Kenyataan ini menimbulkan adanya minat ilmiah terhadap agama, termasuk Islam. Kemudian muncullah studi Islam, dan studi Islam ini menjadi penting karena Islam termasuk kategori agama yang juga memiliki peran dan fungsi dalam masyarakat. Dalam studi Islam diperlukan adanya pendekatan agar tujuan studi Islam itu tercapai. Secara umum studi islam bertujuan untuk menggali kembali dasar- dasar dan pokok- pokok ajaran islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang bersifat hakiki, universal dan dinamis serta abadi untuk dihadapkan dengan budaya dan dunia modern agar mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia. Dengan tujuan tersebut maka studi islam akan menggunakan cara pendekatan yang sekiranya relevan, yaitu pendekatan normative, antropologis, sosiologis, teologis, fenomenologis, historis, filosofis, politis, psikologis dan interdisipliner. Namun pada makalah ini hanya membahas tentang pendekatan secara filosofis, historis, semiotika, dan fenomenologis.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian pendekatan
B. Macam-macam pendekatan study islam:
1) Bagaimana pendekatan filosofis dalam studi islam?
2)Bagaimana pendekatan historis dalam studi islam?
3)Bagaimana pendekatan semiotika dalam studi islam?
4)Bagaimana pendekatan fenomenologis dalam studi islam?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan
Dalam KBBI pendekatan adalah “1.) proses perbuatan, cara mendekati; 2.) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.”1 Secara terminology, pendekatan merupakan serangkaian pendapat tentang hakikat belajar dan pengajaran. Jika dihubungkan dengan studi Islam, pendekatan berarti serangkaian pendapat atau asumsi tentang hakikat studi Islam dan pengajaran agama islam.
Pendekatan tidak terpisah dari tujuan, metode, dan teknik. Pendekatan memiliki peranan yang sangat penting dalam studi Islam karena terkait dengan pemahaman akan Islam itu sendiri.
Pendekatan ada beberapa macam. Namun pada makalah ini hanya akan dipaparkan pendekatan secara filosofis, histories, semiotika, dan fenomologis.

B. Macam-Macam Pendekatan
1) Pendekatan Filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, pendidikan islam diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai- nilai ajaran islam yang bersumber Al-qur'an dan As-sunnah.
Pendekatan filosofis ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau “homo rational” sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan.
Dalam proses belajar mengajar,pendekatan filosofis dapat diaplikasikan ketika guru mengajar. Contohnya:pada pelajaran mengenai proses terjadinya penciptaan alam dan proses penciptaan manusia. Hal ini terus berlangsung sampai batas maksimal pemikiran manusia (hingga pada zat yang tidak dapat dijangkau oleh pemikiran,yaitu allah).
Dalam hal ini Al-qur'an memberikan motivasi kepada manusia untuk selalu menggunakan pikirannya secara tepat guna untuk menemukan hakikatnya selaku hamba Allah, selaku makhluk sosial dan selaku khalifah di bumi.
Pendekatan filosofis, al-qur'an memberikan konsep secara konkrit dan mendalam. Terbukti dengan adanya penghargaan Allah kepada manusia yang selalu menggunakan pemikiran. Ungkapan penghargaan tersebut. Terulang sebanyak 780 kali salah satu di antaranya ayat:
             
    
Artinya:
Allah SWT memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya .Dan barang siapa yang diberi hikmah,sungguh telah diberi kebijakan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.2 (Q.S.Al-Baqarah:2:269).
Tujuan pendekatan ini dimaksudkan agar manusia dapat menggunakan pemikiran seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya. Sehingga manusia terlatih untuk terus berfikr dengan menggunaka kemampuan berfikirnya.
2) Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang dan perilaku dari proses tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.3
Pendekatan sejarah juga dipakai untuk meneliti dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan mitos dan kepercayaan agama-agama besar, seperti mitos atau cerita tentang Budha, Yesus, Musa dianalisa dengan memperhatikan muatan sejarahnya. Diasumsikan bahwa sebagai mitos untuk menunjuk pada peristiwa-peristiwa atau pribadi-pribadi dalam sejarah yang benar-benar eksis, sebab tanpa terdapat beberapa basis dalam sejarah, maka cerita-cerita itu tidak lain hanya akan bersifat fiksi atau khayal belaka.
Problem dasar dalam pedekatan sejarah adalah bahwa suatu penjelasan tentang sebuah agama yang hidup tidak akan pernah sempurna atau berakhir. Selalu ada hari esok yang bisa membawa perubahan dan usaha menunjukkan kembali agama keaslinya akan selalu bersifat rabaan.4
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealisme alam yang yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Melalui pendekatan sejarah di temukan informasi tentang pendidikan islam yaitu terdapat sejumlah lembaga pendidikan islam yang pernah memainkan peranan dan sumbangan bagi pengembangan ajaran islam dan pemberdayaan umat. Sejumlah lembaga pendidikan tersebut antara lain rumah, seperti suffah,kuttab, masjid dan lain sebagainya.
Munculnya berbagai tempat tersebut memperlihatkan hal-hal seberikut:5
1.Sejak kedatangan islam, umat islam tergerak hati, pikiran, dan perasaannya untuk memberikan perhatian yang besar terhadap penyelengaraan pendidikan.
2.Model lembaga pendidikan islam yang diadakan oleh umat islam adalah model lembaga pendidikan informal, nonformal dan formal.
3.Lembaga pendidikan yang di bagun umat islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif, fleksibel dan terbuka untuk dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.
4.Adanya lembaga-lembaga pendidikan tersebut menunjukkan adanya pendidikan yang berbasis masyarakat, gerakan wajib belajar dan pendidikan gratis.
5.Diketahui bahwa di kalangan umat islam telah terdapat sejumlah ulama’ yang memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan.
6.Diketahui tentang kehidupan para guru dan pelajar.
7.Diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau menejemen pendidikan, mulai dari yang amat sederhana seperti di masjid-masjid sampai kepada yang besar dan canggih seperti yang diselenggarakanpada madrasah-madrasah. Menejemen pendidikan yang diterapkan pada saat ini dapat dikategorikan masih sederhana karena masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan.
8.Diketahui tentang adanya pendanaan biaya pendidikan, selain bersumber dari pemerintah , wakaf, infak, sedekah dari orang dermawan dan lain sebagainya.
9.Diketahui adanya sumbangan yang diberikan dunia pendidikan dan pengajaran, baik yang bersifat informal, nonformal maupun formal dalam rangka menghasilkan para ulama’ yang berkiprah, tidak hanya dalam pemerintah tetapi juga dimasyarakat pada umumnya sesuai dengan bidang keahliannya sehingga membawa kemajuan.
10.Diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan di berbagai lembaga pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi keagamaan yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
Model dan strategi ilmu pendidikan islam dengan pendekatan sejarah telah dilakukan baik oleh sarjana muslim maupun nonmuslim.
Jika dilakukan analisis secara seksama terhadap hasil penelitian ilmu pendidikan islam dengan pendekatan sejarah dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut:6
1.Permasalahan yang menjadi fokus kajian ternyata vukup variatif. Bertitik tolak pada pendekatan waktu, pendekatan aspek-aspek pendidikan tertentu, dari segi para tokoh yang berperan dalam kegiatan pendidikan, dari segi pertumbuhan dan perkembangan.
2.Berkaitan dengan metode yang digunakan. Dilihat dari segi bahan kajiannya ada yang bersifat riset kepustakaan dan riset lapangan; dari segi tujuan bersifat deskriptif, eskploratif dan uji teori; dari segi pendekatan analisnya mengunakan pendekatan analis sejarah; dan dari segi tujuan dan mafaatnya antara lain untuk menambah dan mengembangkan khazanah ilmu pendidikan islam, untuk selanjutnya digunakan bagi kepentingan peningkatan kualitas pendidikan islam.

3) Pendekatan Semiotika
Kata semiotika ( semioligi ) berasal dari bahasa Yunani “ semeion” yang berarti tanda. Tanda ini bersifat universal, misalnya: bahasa, gambar, gerak, isyarat , warna, suara. Semuanya merujuk sebagai tanda Karena kehadirannya direspon manusia sebagai sarana komunikasi yang mempunyai arti. Misalnya ada bunyi bel dil luar rumah, itu merupakan tanda yang berarti ada orang di luar rumah yang mau bertamu. Dalam hal ini, Charles Sanders pierce menyatakan bahwa manusia hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. Artinya, manusia dalam komuniasi seehari-harinya selalu mempergunakan tanda.7 Sementara Scoles menegaskan bahwa semiotika merupakan studi mengenai tanda-tanda (the study of signs) yang merupakan studi atas kode-kode sebagai suatu sistem yang memungkinkan manusia memandang sebagai tanda atau sesuatu yang bermakna. Pada hakikatnya, semiotika merupakan studi tentang tanda dengan segala substansinya.
Simbol-simbol keagamaan menunjuk kepada struktur kehidupan mengungkapkan kehidupan secara lebih mendasar dan misterius dengan membukakan sisi kehidupan yang gaib dan tak terpahami. Dan pada saat yang sama dimensi sacramental eksistensi manusia di tangkap dalam sinaran-sinaran simbol-simbol keagamaan, kehidupan manusia mengungkapakan sisinya yang tersembunyi.
Bagi masyarakat primitife, simbol-simbol selalu bersifat religius karena mengacu kepada sesuatu yang nyata atau struktur dunia. Karena budaya primitife yang nyata adalah yang berkekuatan, bermakna dan hidup adalah sejajar dengan yang sakral.

4)Pendekatan Fenomenologis
Munculnya fenomenologi lazimnya dikaitkan dengan Edmund Husserl (1859- 1938) yang mengembangkan aliran ini sebagai cara atau metode pendekatan dalam pengetahuan manusia. Berdasarkan prinsip yang dicanangkannya, fenomenologi haruslah kembali pada data bukan pada pemikiran, yakni pada halnya sendiri yang harus menampakkan dirinya. Fenomenologi memperoleh pamor yang sangat luas karena fenomenologi tidak mengajukan suatu sistem pemikiran yang ekslusif, sebagaimana aliran- aliran filsafat yang pernah berkembang sebelumnya, yang menjadi isme- isme basar, melainkan cara atau metode saja dalam mendekati persoalan. Dengan demikian fenomenologi bisa digunakan untuk atau dianut oleh berbagai bidang ilmu seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan studi- studi agama.8
Husserl kemudian mengembangkan fenomenologi menjadi sebuah metode untuk menemukan hakikat realitas yang akan diperoleh manakala subjek dan kesadaran manusia menemukan kesadaran yang murni dengan jalan membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan sehari- hari agar sampai pada gambaran- gambaran yang esensial atau intuisi esensi (intuition esensi). Operasi ini oleh Husserl disebut epoche yaitu menempatkan antara kurung segala hal yang bukan esensial. Ini bukan berrati bahwa aspek- aspek tertentu dari suatu benda tidak dihargai atau ditolak, tetapi sedapat mungkin aspek- aspek tersebut tidak diperhatikan dulu. 9
Sebelumnya kata fenomenologi sudah digunakan oleh Hegel dalam bukunya yang terkenal, Phanomenologie der Geistes (1807), dimana ia mengadakan pembedaan antara esensi (hakikat) dan manifestasi (pengungkapannya). Menurut CJ. Bleeker dalam bukunya The Phenomenological Method, pendekatan fenomenolgi adalah study pendekatan agama dengan cara memperbandingkan berbagai macam gejala dari bidang sama antara berbagai macam agama, misalnya cara penerimaan penganut, doa- doa, upacara penguburan dan sebagainya. Yang di coba diperoleh di sini adalah hakikat yang sama dari gejala- gejala yang berbeda. Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah bentuk luar dari ungkapan manusia mempunyai pola atau konfigurasi kehidupan dalam yang teratur, yang dapat dilukiskan kerangkanya dengan menggunakan metode fenomenologi. Metode ini mencoba menemukan struktur yang mendasari fakta sejarah dan memahami maknanya yang lebih dalam, sebagaimana dimanifestasikan lewat struktur tersebut dengan hukum- hukum dan karakteristik yang khas.10
Boleh dikata penekanan pendekatan fenomenologis bertolak belakang dengan pendekatan historis. Jika pendekatan Historis menekankan tentang apa yang sebenarnya terjadi, maka pendekatan fenomenologis menekankan pada apa yang di anggap subjek telah terjadi, meskipun bukti empirisnya tidak ada. Misalnya beberapa cerita maulid yang ditulis kaum muslim mengatakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW lahir, beliau sudah dalam keadaan dikhitan dan bercelak mata, dan waktu kelahirannya itu dihadiri oleh Maryam (Ibu Isa) dan Asiyah (isteri Fir’aun) serta para bidadari. Pendekatan historis akan cenderung menolak riwayat semacam ini karena sulit dibuktikan, tetapi pendekatan fenomenologis menerimanya sebagai suatu fenomena keagamaan kaum muslim yang menunjukkan pengagungan mereka terhadap nabi. Selain itu kalau pendekatan historis menekankan hubungan sebab akibat dalam kerangka kesinambungan dan perubahan, pendekatan fenomenologis lebih melihat pada kesamaan struktur diantara fenomena keagamaan tanpa keharusan untuk melihat hubungan pengaruh mempengaruhi
Fenomenologi dan sejarah saling melengkapi, fenomenologi tidak dapat bekerja tanpa etnologi, filologi dan disiplin- displin yang lain. Fenomenologi di sisi lain memberikan kepada disiplin- displin historis makna religiositas yang tak tertangkap oleh disiplin- disiplin tersebut. Dengan demikian fenomenologi keagamaan adalah pemahaman keagamaan (verstandniss) terhadap sejarah; ia adalah sejarah dalam dimensi keagamaannya. Fenomenologi keagamaan dan sejarah bukanlah dua buah ilmu, melainkan dua aspek yang saling melengkapi dari satu ilmu agama yang integral dan ilmu agama yang murni memiliki sifat yang sudah didefinisikan secara mapan sebagai hasil dari objek kajiannya yang unik.

IV.KESIMPULAN
Pendekatan filosofis memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau “homo rational” sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan.
Dalam proses belajar mengajar, pendekatan filosofis dapat diaplikasikan ketika guru mengajar. Contohnya: pada pelajaran mengenai proses terjadinya penciptaan alam dan proses penciptaan manusia. Hal ini terus berlangsung sampai batas maksimal pemikiran manusia (hingga pada zat yang tidak dapat dijangkau oleh pemikiran,yaitu allah).
Problem dasar dalam pendekatan sejarah adalah bahwa suatu penjelasan tentang sebuah agama yang hidup tidak akan pernah sempurna atau berakhir. Selalu ada hari esok yang bisa membawa perubahan dan usaha menunjukkan kembali agama keaslinya akan selalu bersifat rabaan
Semiotika merupakan studi mengenai tanda-tanda (the study of signs) yang merupakan studi atas kode-kode sebagai suatu sistem yang memungkinkan manusia memandang sebagai tanda atau sesuatu yang bermakna. Pada hakikatnya, semiotika merupakan studi tentang tanda dengan segala substansinya.
Simbol-simbol keagamaan menunjuk kepada struktur kehidupan mengungkapkan kehidupan secara lebih mendasar dan misterius dengan membukakan sisi kehidupan yang gaib dan tak terpahami. Dan pada saat yang sama dimensi sacramental eksistensi manusia di tangkap dalam sinaran-sinaran simbol-simbol keagamaan, kehidupan manusia mengungkapakan sisinya yang tersembunyi.
Pendekatan fenomenologi adalah study pendekatan agama dengan cara memperbandingkan berbagai macam gejala dari bidang sama antara berbagai macam agama, misalnya cara penerimaan penganut, doa- doa, upacara penguburan dan sebagainya. Yang di coba diperoleh di sisi adalah hakikat yang sama dari gejala- gejala yang berbeda.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Armai, Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:Ciputat Pers
AR Badafal, Fadal 2005, Al-Qur’an dan terjemahnya, Bandung: Sygma.
Connolly (ed), Peter, 2009, Aneka Pendekatan Study Agama, Yogyakarta:LkiS
Davamony,MariaSusai, 2008, Fenomenologi Agama, Yogyakarta: KANISIUS
Djam’annuri, 2000, Agama kita: Perspektif sejarah agama- agama (sebuah pengantar), Yogyakarta: Karunia Kalam Semesta
Hakim, Atang Abdul dan Jaih Mubarak.2000. Metodologi Studi Islam,Bandung: Remaja Rosdakary
Kurniawan, Heru, 2009, Sastra Anak,Yogyakarta:Graha Ilmu
Nata, Abuddin , 2002, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Nata, Abuddin, 2009, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner: Normative, Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajement, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum Jakarta: Rajawali Pers
Permata, Ahmad Norma. 2000. Metodologi Studi Islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

1 komentar:

  1. saya kurang mengerti dalam kajian studi islam ada yang namanya metode hermeutika....jlasin donk.

    BalasHapus