Rabu, 14 Juli 2010

STANDARISASILARUTANAgNO3

Standarisasi Larutan AgNO3

I.Tujuan
- Praktikan mampu melakukan analisis Volumetri, menggunakan metode argentometri
- Praktikan mampu menentukan kadar AgNO3 yang digunakan dalam titrasi
- Praktikan mampu membuktikan adanya pengendapan Cl- dengan larutan AgNO3 secara bertingkat dengan metode argentometri cara mohr.

II. Dasar Teori
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas:
a. Asidimetri dan Alkalimetri : Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa
b. Oksidimetri : Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi
c. Argentometri : Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag+)
d. Kompleksometri : Berdasar pada pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa Latin argentums, yang berarti perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-). (Khopkar, 1990).
Pada titrasi argentometri zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Al. Underwood, 1992)
Ada beberapa metode yang digunakan dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, salah satunya metode yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu metode Mohr.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti Na2Cl dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Perubahan warna dari kuning manjadi kuning coklat terjadi karena timbulnya Ag2CrO4 saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini yaitu AgNO3 memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05N (Alexeyev,v, 1969)
Reaksi : Cl- + AgNO3  AgCl ↓ putih + NO3-
2 AgNO3 + K2CrO4  Ag2CrO4 ↓ merah + 2 KNO3

III. Alat dan Bahan
Alat-alat Bahan-bahan
- Buret
- Erlen meyer
- Gelas beker
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Corong gelas
- Statif - AgNO3
- NaCl
- Indikator K2CrO4






IV. Cara Kerja
- Memasukkan AgNO3 ke dalam buret
- Memipet 10,00 ml NaCl 0,1000N dan memasukannya ke dalam elenmeyer
- Menambahkan 1 ml indikator K2CrO4 5% ke dalam elenmeyer
- Menitrasi NaCl dalam elenmeyer dengan larutan AgNO3 0,1 sampai terbentuk endapan merah bata
- Menghentikan titrasi ketika endapan merah bata sudah terbentuk
- Mencatat volume AgNO3 dalam buret
- Mengulangi titrasi sampai 6 x

V. Data Pengamatan
Titrasi ke- Volume NaCl Volume AgNO3
1 10,00 ml 10,20 ml
2 10,00 ml 10,00 ml
3 10,00 ml 10,00 ml
4 10,00 ml 10,10 ml
5 10,00 ml 10,00 ml
6 10,00 ml 10,00 ml
Rata-rata 10,00 ml 10,05 ml
Perhitungan:
N1 V1 = N2 V2
N AgNO3 =
=
=
= 0,099 N



VI. Pembahasan
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang termasuk dalam presitimetri jenis Argentometri. Reaksi yang terjadi adalah:
AgNO3 (aq) + NaCl (aq)  AgCl (s) + Na NO3 (aq)
Larutan AgNO3 dan NaCl pada awalnya mesing-masing merupakan larutan yang jernih tidak berwarna. Ketika NaCl ditambah dengan indikator K2CrO4 larutan kemudian berubah menjadi agak kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan indikator.
Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis beraksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian beraksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan merah bata. Ketika endapan merah bata terbentuk menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:
Ag+ (aq) + Cl- ¬(aq) ⇔ AgCl (s)↓
Sedang pada titik akhir titran juga beraksi menurut reaksi:
2Ag + (aq) + CrO4 (aq) ⇔ Ag2 CrO4 (s)↓
Reaksi yang terjadi selama titrasi berlangsung:
Cl- + AgNO3  AgCl ↓ putih + NO3-
2 AgNO3 + K2 CrO4  Ag2 CrO4 ↓ merah + 2 KNO3
Dari data yang telah diperoleh diketahui bahwa :
 Rata-rata volume AgNO3 yaitu 10,05 ml
 Rata-rata volume NaCl : 10,00 ml
 Konsentrasi AgNO3 yaitu 0,099 N
 Konsentrasi NaCl yaitu 0,100 N

VII. Kesimpulan
 Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis menggunakan ion perak
 Berdasarkan cara penentuan titik akhir titrasi argentometri dibagi dalam 3 golongan
a. Cara Mohr
b. Cara Volhard
c. Cara Fayams
 Larutan standar yang digunakan yaitu AgNO3
 Metode Mohr digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl dengan AgNO3 sebagai fitran dan K2CrO4 sebagai indikator
 Ketika endapan merah bata terbentuk, menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai
 Dalam titrasi argentometri, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan pengocokan juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi sulit tercapai
 Dari pecobaan yang dilakukan diperoleh data:
 Rata-rata volumeAgNO3 : 10,05 ml
 Rata-rata NaCl : 10,00 ml
 Konsentrasi AgNO3 : 0,099 N
 Konsentrasi NaCl : 0,100 N

VIII. Daftar Kepustakaan
Day, JR, R.A, 1998, Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: Erlangga
Ibnu, M. Sodiq, 2004, Kimia Analitik I, Malang: JICA
Khopkar, SM, 2007, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI-Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar